sepertis aat hujan, menggenang dan menerjang.
Manusia duduk dan merangkak melewati lorong waktu sunyi
rumah tua dilewati, bangunan kota menarik simpati
mereka melupakan seluruh rasa pesih
demi pedih yang tak akan pernah mati
di belantara bukit-bukit baja
disusuri tanpa merasa menghamba.
Padahal, di lorong-lorong
mereka menghamba pada yang nestapa
seperti remaja yang tak paham tentang cinta
segalanya riuh dan gaduh
mereka terlena bagai dalam candu
menginjak segala masa lalu
menuhankan segala yang baru.
Yogyakarta, 15 Januari 2018
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!