Tak ada langit saat hati penuh hujan
matahari memudar dan tak ada penampakan
bagai dilanda masa-masa hangat di Eropa
tubuh menggigil menatap wajah langit di Jogja
air mengguyur tiada henti
menerobos relung hati yang menepis beribu sesal dan sedih
bagai di ujung mimpi berjalan
kelam tak tentu melihat tirai kehidupan
angin menepi dan menutup
pada altar-altar rasa yang terus mendesir
membawa sejuta rona api menjelang terlumat kembang tidur
tak ada buah, hanya kembang mekar
mewarnai kedinginan yang pudar
bersama lamunan selimut kata
menutupi segala yang tak terlihat manusia
di seberang sana pada tempat yang jauh
senyum langit tak ada meski sekadar rindu
malam terbangun dengan sejuta mimli tentang siang
yang mengantarkan mata mencaru wajah langit sebelum petang datang.
Yigyakarta, 28 November 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H