Mohon tunggu...
Junaidi Khab
Junaidi Khab Mohon Tunggu... Editor -

Junaidi Khab lulusan Sastra Inggris UIN Sunan Ampel Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kisah Kaldu Kikil Favorit

8 November 2017   00:05 Diperbarui: 8 November 2017   00:08 2357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya Pak, siap!" jawabku semangat, karena aku gak pernah menolak ajakan Pak Rasyidi.

***

Acara makan-makan pun usai. Para tamu sudah bubar begitu pula aku, Upik, dan Pak Rasyidi. Gak ada sisa sedkitpun dari kaldu di piring masing-masing. Dijilat hingga bersih.

Keesokan harinya. Aku langsung menemui Pak Rasyidi di rumahnya. "Ayo Pak, katanya mau jalan-jalan ke kota," ajakku gak tahan ingin cepat berangkat dengan harapan nanti markir di warung bu Sadik selaku penjual kaldu kikil di pinggiran jalan kota Sumenep.

Aku berangkat dengan naik motor boncengan. Ternyata doaku terkabulkan. Pak Rasyidi ternyata ke kota memang hanya untuk makan kaldu kikil di warung bu Sadik. Aku senang. Aku bisa makan kaldu kikil dengan gratis lagi.

"Bu, pesan dua porsi kaldu kikil." Pak Rasyidi memesan kaldu untuk nraktir seleraku. Dua mangkuk kecil pun datang disuguhkan oleh bu Sadik.

"Ayo makan Jun," pinta Pak Rasyidi. Aku hanya mengiyakan dan mengangguk kegirangan.

Semangkuk kaldu sudah hampir habis punya Pak Rasyidi. Beda dengan punyaku masih tinggal separoh mangkuk. Enaknya bukan main. Eh, ternyata saat aku enak makan, ada yang mengganjal di dalam mulutku. Keras kayak kacang ijo yang belum matang. Tapi bentuknya agak besar. Pinggirannya agak gitu kasar dirasakan lidah. Kukunyah keras-keras dan akhirnya remuk juga. Kutelan bersamaan dengan kuah kaldu campur kikil yang super lezat.

Ternyata bu Sadik mondar-mandir di sekitar dalam warung. Aku gak tahu maksudnya secara pasti. Tapi tingkahnya berhasil membikin aku penasaran. Longok sana, longok sini kayaknya mencari sesuatu yang hilang. Karena penasaran Pak Rasyidi tanya. "Bu, cari apa?"

"Aku cari geraham yang sering copot nak," jawab Bu Sadik dengan nada lirih takut ketahuan orang-orang di sekitarku yang kebetulan juga  nunggu angkring di warungnya.

Aku mual-mual mau muntah. Tapi kutahan rapat-rapat. Ternyata benda keras mirip kacang ijo yang belum matang itu aku yakin geraham bu Sadik yang jatuh ke dalam mangkuk kaldu kikil yang kumakan tadi. Wah, sejak itu aku trauma makan kaldu kikil di warung yang pelayannya sudah tua dan nenek-nenek. Elus dada pelan-pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun