Rinai hujan mengiringi langkah Rosliati dan rombongannya menuju suatu tempat dengan tudung biru tua dan bawaan berbungkus kantong plastik yang dipanggul dengan sebatang kayu. Ketika itu ia bersama 15 orang relawan tampak kesulitan ketika langkah mereka dirintangi tanah liat berlumpur. Sesekali di antara mereka terpeleset, tetapi bagaimana pun sampai adalah satu-satunya pilihan di Kampung Melawan.
Dari kejauhan belasan kanak-kanak terengah-engah sambil tersenyum lebar ketika melihat para relawan tiba. Menyadari hal itu, Ros, sapaan karibnya, pun membalas dengan senyuman lalu melambaikan tangannya. Di luar Sekolah Alam Melawan, ia adalah Penjabat (Pj) Kepala Desa Persiapan Pinang Raya, Kecamatan Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
"... kami duduk di sini siap menimba ilmu, bunda, bunda, ayo kita belajar...," suara 13 anak tersebut mengumandang ke segala penjuru. Itu merupakan penggalan lirik lagu berjudul "Anak Melawan", yang diciptakan oleh Syamsiah, salah satu relawan Melawan, pada tahun 2020, dan dinyanyikan setiap hendak mengawali kegiatan mengajar. Ketika itu transfer pengetahuan dilakukan di luar ruangan hanya beratap daun pisang, beralaskan tikar seluas 2x2 meter persegi, dan menggunakan papan tulis berdiameter kecil.
Berdasarkan data yang dihimpun secara mandiri oleh relawan Melawan, sebanyak 22 anak yang belajar di sekolah tersebut diantaranya terdiri dari 8 laki-laki, 14 perempuan, dan usia mereka dari 4 sampai 15 tahun. Ros menjelaskan bahwa saat kegiatan mengajar pihaknya mengelompokkan kanak-kanak tersebut menjadi empat gugus. Pembagian itu terdiri dari kelompok pendidikan anak usia dini, satu, dua, tiga dan paket.
"Sebelumnya ada puluhan anak belajar di sini sekarang berkurang, karena ada yang sudah ikut paket juga," kata Ros saat ditemui di Kampung Melawan.
Pada Selasa siang, 20 Desember 2022, hujan telah mereda dan matahari mulai turun rendah ke arah barat. Para relawan sedang mengemas perlengkapan menulis, menggambar, yang kerap kali digunakan saat mengajar selama dua kali dalam sepekan di sana, saban hari itu dan tiap Jumat. Dikatakan Ros, kegiatan belajar di Sekolah Alam Melawan bersamaan dengan dibentuknya relawan pengajar sudah dua tahun lebih, atau tepatnya sejak tanggal 25 Agustus 2020.
Seingat Ros sebelum itu, ia bersama Camat Sangatta Selatan, Hasdiah Dohi, pada awal tahun 2020 datang ke Kampung Melawan, Desa Persiapan Pinang Raya, Kecamatan Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Untuk bantu menjembatani PT Indominco Mandiri (IMM) menjelaskan aktivitas pemulihan lingkungan ke masyarakat di sana, berupa kegiatan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) menggunakan pendekatan yang, oleh Camat itu disebut sebagai "Sapa Warga".
Dijelaskannya seiring hilir mudik kesana, untuk membantu mensosialisasikan program PT IMM tersebut sekaligus melakukan pendataan kependudukan, ia menemukan banyak kanak-kanak di Kampung Melawan nyaris tidak mengenyam pendidikan sama sekali karena pelbagai faktor. Kondisi itu juga yang menjadi spirit tersendiri bagi perempuan kelahiran tahun '70-an itu, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk mengajar.
"Saya membayangkan anak saya, ya, gimana anak saya kalau terjadi seperti ini. Saya yang masih dikasi kesempatan, dan kesehatan diajak Mba Nina masuk mengajar di sana," jelas Ros.
Pengajar sekaligus Pj Kepala Desa itu, mengakui bahwa asal muasal ia terlibat di Sekolah Alam Melawan berawal dari ajakan Konsultan rehab DAS PT IMM, Nina Anjania Amban, untuk membantunya mengajari sejumlah anak pada Juni 2020. Ditemui di Kampung Melawan pada akhir tahun 2022, Nina, sapaan pendeknya, mengungkapkan bulan Januari 2019 yang lalu adalah kali pertama ia menginjakkan kaki ke wilayah tersebut. Kedatangannya di sana atas panggilan Balai Taman Nasional Kutai, untuk memastikan program rehab DAS PT IMM dapat dijalankan.
Diterangkannya kegiatan itu menargetkan penanaman dua jenis tumbuhan yakni tanaman kayu sebanyak 20 persen yang terdiri dari meranti, pulai, kapur, gaharu, balangeran, dan bayur. Kemudian buah-buahan 80 persen seperti cempedak, jambu, durian, nangka serta lengkeng. Masing-masing jenisnya ditanam bertahap dan tersebar ke 12 blok di atas lahan seluas 3.000 hektare.Â