Ya, kemarahan manusia akan lenyap dan muncul seperti lukisan di pasir pantai. Kemarahan akan muncul kalau kita melukisnya kembali di pikiran kita. Hari Senin siang marah-marah karena proposal proyek tidak diterima, tapi malamnya reda "oh mungkin ini belum karma baikku".
Hari Selasa pagi, marah lagi karena depan rumah kotor, kemudian amarahnya reda karena ada yang membersihkan. Rabu siang emosi memuncak karena ada pengendara mobil menghidupkan lampu sen kiri tapi belok kanan, hampir saja terjadi yang tidak-tidak, malamnya sudah reda emosinya. Begitu seterusnya tiap hari, ada saja hal yang membuat marah tapi mudah mereda.
Manusia Air
Air adalah benda cair yang sangat fleksibel. Ditaruh ke dalam botol, bentuknya menyerupai botol. Ditaruh di ember, bentuknya seperti ember. Disiram ke tanah, ia akan hilang sekejab karena meresap ke dalamnya. Itulah sifat air, ia mudah beradaptasi di berbagai tempat. Kalaupun kita menggambar di air, gambarnya akan langsung hilang karena menyatu dengan air.
Manusia bisa saja seperti air, kurang lebih 80% tubuh manusia juga berisi cairan bukan?
Manusia yang memiliki sifat seperti air pasti bisa mengkondisikan batinnya sesuai tempat. Mau ada orang lain yang mencela, celaan itu langsung dibersihkan dan hilang begitu saja. Kalaupun celaan dibalas dengan celaan yang ada hanya pertengkaran. Mau orang lain menyakiti, tidak sampai diambil hati, langsung dibilas dengan ketenangan tanpa dengki. Ada orang memuji, tidak langsung melayang tinggi untuk menghindari kesombongan.
Saat kita bisa menetralkan batin dari berbagai bentuk emosi, maka kita menjadi lebih bahagia. Toh saat kita tidak membiarkan perbuatan buruk orang lain menjadi luka untuk kita, kita akan baik-baik saja. Karena kita tidak terbebani dengan kebencian dan rasa ingin untuk terus dipuji.Â
Jadi,
Akankah kita menjadi manusia karang yang pendendam? Tentu tidak, bukan!
Akankah kita menjadi cepat marah cepat reda tapi itu terjadi setiap hari?
atau