Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Kemenangan Taliban Menguasai Afghanistan

22 Agustus 2021   09:36 Diperbarui: 22 Agustus 2021   09:43 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berita Taliban menguasai Afghanistan sontak langsung membuat ramai di jagad maya. Sisi pro dan kontra, mesti ada. Bagi yang pro dengan Taliban, terurama kalangan jihadis atau pihak yang terkait kelompok terror berbasis agama, kemenangan Taliban menguasai Afghanistan menjadikan euphoria kaumnya. 

Bagi yang kontra dengan Taliban, terutama kalangan yang konsen dengan moderasi beragama dan aktivis gender, dibalik kemenangan Taliban adanya bayang-bayang ketakutan akan terorisme, radikalisme dan ketidaksensitifan gender (bias gender).

Selama 20 tahun perang dengan Amerika Serikat. Selama 20 tahun juga di Afghanistan diprospek untuk perang saudara. Afghanistan yang terdiri dari 7 suku, yang 100% muslim tetapi selama 40 tahun dilanda perang saudara. 

Sudah berapa banyak dana yang dikeluarkan oleh AS selama 20 tahun  bercokol  Afghanistan. AS menggelontorkan dana sekitar USD 83 miliar, khusus untuk membiayai pasukan selama 20 tahun pendudukan militernya.

Dan akhirnya, Taliban berhasil mengambil alih Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul. Sementara itu, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, meninggalkan Kabul, ibu kota Afghanistan pada hari Minggu (15/8/2021) waktu setempat tanpa adanya perang saudara. Apa yang diharapkan oleh AS ternyata tidak terjadi. Tidak ada perlawanan dari Presiden Ashraf Ghani beserta bala tentaranya.

Taliban merupakan gerakan nasionalis Islam Deobandi pendukung Pashtun yang secara efektif menguasasi Afghanistan sejak 1996-2001. Taliban didirikan pada Sepetember 1994, oleh Mohammed Omar, Abdul Ghani Baradar. Sejak runtuhnya rezim komunis Afghanistan serta kehancuran tatanan sipil dan negara tersebut.

Apa yang sudah dilakukan Taliban selama ini, yang menurut sebagian orang dicap sebagai kekejian Taliban. Taliban memperkenalkan atau mendukung hukuman yang sejalan dengan penafsiran mereka akan hukum Syariah, seperti eksekusi di depan umum terdakwa pembunuhan dan pezina, serta amputasi bagi mereka yang diputuskan bersalah karena mencuri.

Para pria Taliban diharuskan berjenggot, sementara para perempuan diwajibkan mengenakan burqa yang menutup seluruh tubuh. Taliban juga melarang televisi, musik dan bioskop, juga tidak memperbolehkan anak perempuan di atas sepuluh untuk sekolah.

Taliban dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan budaya. Salah satu yang terkenal pada tahun 2001, ketika Taliban melanjutkan penghancuran patung Budha Bamiyan yang terkenal di Afghanistan tengah, mseki muncul kemarahan internasional. 

Kekejian Taliban lainnya, adalah membunuh keluarga jurnalis, membunuh rivalnya eks ISIS, membunuh wanita yang keluar tanpa burqa, dan memburu warga Afghanistan yang pernah bekerja sama dengan pasukan AS dan NATO.

Disisi lain, ada perubahan yang dilakukan oleh Taliban untuk mendapatkan dukungan, simpati rakyat Afghanistan dan Internasional, antara lain janji akan menghormati hak-hak kaum perempuan, tidak menawan, mengeksekusi, maupun menyiksa orang-orang yang ditahan, bahkan mengijinkan 8 mantan pejabat Afghanistan lari ke Turki, mengumumkan pemberian amnesti atau pengampunan orang-orang yang bekerja di pemerintahan Afghanistan seperti sipil. militer dari semua tingkatan, termasuk penerjemah pasukan asing.

Sebetulnya perang di Afghanistan, adalah perang yang terjadi antara kelompok milisi Taliban dan AS. Tujuan utama AS berperang di Afghanistan ialah menangkap mantan pemimpin Al-Qaeda, yaitu Osama Bin Laden, sosok yang dianggap telah memerintahkan serangan terror ke Gedung World Trade Center (WTC) di New York, AS pada tahun 2001.

Apa beberapa hal yang bisa kita jadikan pelajaran dari peristiwa Taliban di atas bagi bangsa Indonesia. Pertama, pentingnya pemahaman tentang Islam yang damai, moderat, syarat dengan toleransi, keberagaman, kesetaraan sebagai konter pemahaman Islam yang radikalisme, terorisme dan intoleransi.

Kedua, pentingnya pemahaman tentang kesetaraan dan sensitivitas gender sebagai penghormatan hak asasi perempuan. Ketiga, pemahaman tentang wawasan kebangsaan (nasionalisme) yang integratif dalam perspektif persatuan dan kesatuan bangsa, yang tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, warna kulit dalam wadah ke-bhinneka tunggal ika-an dan juga semangat jiwa kegotong royongan dalam bingkai NKRI.

Keempat, tetap mewasdai adanya gerakan laten kaum jihadis, yang merasa memiliki misi dan perjuangan yang sama seperti Taliban, yaitu mendirikan negara berdasarkan Islam. Karena bisa jadi kemenangan Taliban menguasai Afghanistan dijadikan motovasi  dan membangkitkan semangat kelompok radikalisme di Indonesia. Perlu diwaspai pergerakan laten kaum jihadis, seperti Jamaah Islamiyah (JI),  Jamaah Ansharut Daulah (JAD), dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

(JUNAEDI, SE, Tim Media Sanggar Inovasi Desa)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun