Mohon tunggu...
siregar akhmad junaedi
siregar akhmad junaedi Mohon Tunggu... -

Suka mencari keindahan di sela-sela alam tropis. Baginya keindahan itu terpaut di alam liar, termasuk di kutil-kutil katak licin, hingga di antara gigi solenoglipha ular viper. Dia senang mengajak hunting foto, dan rupanya banyak yang menghindar karena takut pantatnya dientup, mau....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Palestina, Pena dan Ibu (Impian Fathina 'Allila)

27 Agustus 2012   17:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:15 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Semoga Allah mengampuni aku,” Fathina tertunduk di hadapan Allah mengingat karena berpikir belum ada yang dia perbuat mengurangi derita seakidahnya. Puisi itu akhirnya dikirim ke penerbit di Jawa yang katanya bersimpati dengan Palestina. Bersama teman-teman FLP, antologi puisi dan cerpen itu dijanjikan terbit.

Bagaimanapun juga roda akan berputar, dunia ini akan berjalan. Ketika seorang ibu dilahirkan, maka satu ibu yang lain telah tiada. Fathina menyadari ia dilahirkan dari salah satu ibu yang luar biasa. Ibu itu dasar peletak karakternya selama ini. Yang membuatnya berhati lunak dan terlepas dari cela.

“Ya Allah, kelak jadikan aku seorang ibu. Ibu penerus ibuku. Ibu yang penuh kasih sayang yang bisa melahirkan insan yang berbakti kepadamu. Menjungjung agamamu dan mendamaikan duniamu.” Fathina berharap. Pipinya mulai dibasahi air mata yang tak disadarinya.

Peperangan sebenarnya ternyata bukanlah mengangkat senjata dan kelihaian berkuda. Peperangan terbesar ketika berhadapan dengan hawa nafsu. Menjadi ibu yang baik tentu peperangan yang tak kalah sengit. Fathina sendiri telah lama menjadi ibu bagi anak didiknya di sekolah. Dan telah bersiap jadi ibu spesial bagi anak-anak dari rahimnya.

“Pena dan kasih sayang adalah rahmatmu ya Allah,” Fathina bergegas ke ranjang usai membacakan doa tidur yang dihapal dari ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun