Mohon tunggu...
Junaedi
Junaedi Mohon Tunggu... Lainnya - Pencangkul dan Penikmat Kopi

Lahir dan tumbuh di Wonosalam, kawasan pertanian-perkebunan dataran tinggi di Jombang bagian selatan. Seorang pencangkul dan penikmat kopi. Dapat ditemui di www.pencangkul.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bagaimana Cara Memetik Bunga Cengkih yang Baik dan Benar?

3 Agustus 2023   08:02 Diperbarui: 3 Agustus 2023   18:09 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Di tempat saya, setidak jenis tangga yang digunakan telah "ber-evolusi" sebanyak 3 kali. Dari yang mulai menggunakan bambu satu kaki, bambu 3 kaki atau segitiga, sampai saat ini menggunakan bambu 2 kaki dan dilengkapi dengan tali-tali penahan sekaligus sebagai pengaman.

Ketiga, pemetikan secara manual menggunakan tangan dan dipetik per dompol atau tandan persis di bagian buku daun terakhir. Usahakan dedaunannya tidak banyak ikut terpetik. Mengapa? Jika daun cengkih banyak yang ikut terpetik, dapat mengurangi proses kemunculan daun baru (bersemi) dan juga kemunculan bunga cengkih berikutnya (not bundling).

Baca juga: Runtuhnya Ekonomi Cengkeih di Kampung Kami

Keempat, setelah proses pemetikan dari pohon selesai, sesegera mungkin cengkih dipisahkan dari tangkainya. Jika sudah selesai bisa dijual langsung, digunakan untuk keperluan lain, atau dikeringkan untuk kemudian disimpan. 

Proses pengeringan harus benar-benar mendapatkan penyinaran yang optimal sehingga keringnya juga optimal dengan ditandai warna yang coklat kehitaman dan aromanya sangat kuat. 

Cengkih yang telah dikeringkan bisa bertahan sampai bertahun-tahun dan harganya relatif lebih mahal dibanding cengkih yang baru.

Demikianlah, dengan cara atau proses seperti itu, maka akan memudahkan dalam penangan panen tanpa mengganggu produktivitas cengkih di musim berikutnya akibat salah penanganan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun