Mohon tunggu...
Junaedi
Junaedi Mohon Tunggu... Lainnya - Pencangkul dan Penikmat Kopi

Lahir dan tumbuh di Wonosalam, kawasan pertanian-perkebunan dataran tinggi di Jombang bagian selatan. Seorang pencangkul dan penikmat kopi. Dapat ditemui di www.pencangkul.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Runtuhnya Ekonomi Cengkih di Kampung Kami

27 Juli 2023   13:48 Diperbarui: 28 Juli 2023   05:05 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu harga memang berfluktuasi, tetapi fluktuasi atau gejolaknya masih di atas harga rerata, jadi masih sangat menguntungkan petani. Ini mungkin juga yang jadi penyulut munculnya BPPC dengan berdalih meredam gejolak harga. Padahal munculnya BPPC saat itu tak ubahnya VOC di masa kolonial.

Dan pada saat ini, sebenarnya harga cengkih melonjak cukup tinggi dibanding di awal-awal tahun kemarin atau tahun-tahun sebelumnya. Beberapa hari lalu sempat mencapai 50.000 rupiah per kilogram basah. Kalau kering bisa menembus sampai 160.000 per kilogram, tergantung kualitas dan masa penyimpanan. 

Baca juga: Fantastik, Harga Cengkeh di Jombang Menembus Rp 130.000 per kg!

Namun sekali lagi, harga tinggi saat ini belum bisa memulihkan ekonomi cengkih seperti 10 atau 15 tahun lalu ketika cengkih benar-benar menjadi primadona dan emas hitam. Ekonomi cengkih benar-benar mulai runtuh di kampung kami meskipun saat ini hargnya melonjak. Entah sampai kapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun