Saat itu harga memang berfluktuasi, tetapi fluktuasi atau gejolaknya masih di atas harga rerata, jadi masih sangat menguntungkan petani. Ini mungkin juga yang jadi penyulut munculnya BPPC dengan berdalih meredam gejolak harga. Padahal munculnya BPPC saat itu tak ubahnya VOC di masa kolonial.
Dan pada saat ini, sebenarnya harga cengkih melonjak cukup tinggi dibanding di awal-awal tahun kemarin atau tahun-tahun sebelumnya. Beberapa hari lalu sempat mencapai 50.000 rupiah per kilogram basah. Kalau kering bisa menembus sampai 160.000 per kilogram, tergantung kualitas dan masa penyimpanan.Â
Baca juga:Â Fantastik, Harga Cengkeh di Jombang Menembus Rp 130.000 per kg!
Namun sekali lagi, harga tinggi saat ini belum bisa memulihkan ekonomi cengkih seperti 10 atau 15 tahun lalu ketika cengkih benar-benar menjadi primadona dan emas hitam. Ekonomi cengkih benar-benar mulai runtuh di kampung kami meskipun saat ini hargnya melonjak. Entah sampai kapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H