Wajahmu tak selalu lembut seperti salju Bukan selamanya Senyum yang terukir Rupamu tidak indah seperti Mawar atau melati Suaramu tak selalu merdu, apalagi ramah, mungkin saja marah
Matamu tak selamanya bersahabat Terkadang seperti api yang membara Sesekali menatap sinis Bukan Pujian yang kau beri, tetapi makian
Langkahmu tidak meyakinkan pakaianmu tidak mewah atau menarik Rambutmu tidak seindah sutra yang begitu lembut
Apa iya……? Ijinkan aku memandangmu dari balik kaca mata hati Menerawang jauh ke dasar samudera hatimu Begitu luas, tenang dan Teduh… kelembutanmu merasuk ke dalam darah dan jiwa
Jauh menyelami Lautan biru bening hatimu Damai meneduhkan jiwa dalam gundah gulana Membawa aroma cinta dan keteduhan, tak bernoda oleh rupamu yang terlihat
Jauh melangkah bersama kaca mata hati hilanglah sudah rupamu sekilas pandang mata terhanyut aku dalam indahnya samudera hati bening
Rupa hanya sedetik berganti…. pandanglah dari balik kaca mata hati… Rupa lenyap terbawa dentang waktu Pandanglah dari balik kaca mata hati
Dari balik kaca mata hati, harta bukan segalanya, Rupa hanya sementara Dari balik kaca mata hati Siburuk terlihat indah bagai pelangi Simiskin begitu megah seperti Permata
Hanya dari balik kaca mata hati…. Jiwa mampu memahami setiap kekurangan Meski Butuh Perjuangan…… Memandang dari balik kaca mata hati bagai Samudera Luas Tak Berbatas
Dari Balik Kaca mata Hati Aku Menikmati Betapa semua orang memiliki Sisi baik Dari Balik Kaca Mata hati Aku tidak memandang Rendah Orang Lain Dari balik Kaca Mata hati Ada Positif Menutupi Negatif
dan….. Ijinkan Aku terus Memandangmu Dari Balik Kaca Mata itu Karena jauh lebih indah dan berarti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H