Kita sering melakukan aktivitas yang multitasking. Sebenernya bagus ga ?
Dulu, awal kuliah aku mengikuti semua kajian, ya di kampus, ya di HTI (dulu sebelum bubar), ya diskusi sama anak HMI, ya organisasi hobby, kajian untuk maba FEB, organisasi beasiswa, organisasi a-z. Akhirnya ? Ya, kenalan emang banyak tapi apakah yang kita lakukan hal itu adalah hal yang efektif dan produktif ?
Menurut buku yang pernah aku baca tentang fokus penulisnya Daniel Goleman. Salah satu pembahasan yang intinya kita itu akan menuju pada kesuksesan di segala bidang kehidupan (apapun itu) jika kita memiliki kemampuan untuk FOKUS.
Wel.. Seiring berjalannya waktu. Stigma yang ada pada diriku kian berubah. Amanah ga boleh lebih dari 2 misal. Beraktivitas cukup tiga saja, ya ngetik ngobrol, ya ngescroll cuma memang efektivitas waktu yang digunakan cukup lama.
Tidak sama ketika fokus. Only one and in my heart *ga becanda ehhe'.
Maksudnya, fokus hanya pada satu saja.
Tetapi memang secara psikologi, dominan perempuan cenderung bisa melakukan beberapa hal secara bersamaan. Berbeda dengan laki-laki. Yang hanya bisa satu aktivitas saja. Jika tidak ? Ya, berantakan. Biasanya.
Lantas bagaimana jika amanah ini diturunkan hingga tak dapat ditolak. Maka istikharahlah. Btw bahas soal amanah dan urgensinya next time aku bakal bahas. (Komentar di postingan ini jika ingin dibahas)
Highlight yang ingin aku sampaikan di tulisan ini adalah FOKUS yang berkaitan dengan adab. Terlebih ditengah wabah seperti ini, begitu banyak diskusi online. Begitu banyak rapat online, agenda online, project online, bahkan mutabaah yaumiyah atau kontroling ibadah harian online.
Pertanyaannya adalah, sudah produktifkah hal tersebut ? Sudah efektifkah hal tersebut? Dan sudah beradabkah hal tersebut ?
Mari kita ulas satu persatu.
Adab = sopan = akhlak = Budi pekerti.
Ketika kita ingin mengikuti suatu kajian, jika sambil ngupil, sambil rebahan, sambil mandi, sopankah ? Beradabkah? Tentu tidak. Mungkin beberapa alibi kawan-kawan terkait hal itu tetapi terserah tergantung insight masing-masing mau sepakat atau tidak.
Terlebih dalam konteks menuntut ilmu menurut saya. Dalam suatu kajian online, ketika kita membuka sosial media lain. Sedang ada guru di seberang sana duduk tegak, berbagai referensi buku telah ia baca, rapi pakaiannya, dan menyampaikan materi dengan lugas tentu kita tidaklah berbudi pekerti yang baik. Selain tidak sopan karena tidak menghargai ilmu dengan sebaik-baiknya pengorbanan, sebaik-baik tingkah laku, sebaik-baik perbuatan. Seolah menyepelekan ilmu karena kemudahan media sosial.
Beberapa tahun lalu salah satu rekan saya pulang dari program pengkaderan ulama gontor. Beliau menyampaikan hal termahal dan berkesan baginya adalah ketika santri belajar, semuanya menggunakan alat tulis, buku dan pulpen bahkan HP benar-benar di non aktifkan. Kenapa ? Ini soal penghargaan terhadap ilmu dan guru.
Selain berkaitan dengan adab, yaitu soal kefokusan, pertama, apakah dengan melakukan segala aktivitas itu akan penambah pemahaman untuk kita ? Kedua, apakah kita mendapatkan keberkahan dari segala aktivitas multitasking kita ? Ketiga, apakah hal ini yang dinamakan efektif dan produktif ?
Tanyakan pada diri kita, apabila ketika diminta mengisi suatu kajian kamu cenderung mencari materi di google tidak mengandalkan buku catatan pribadimu, koleksi buku bacaanmu, mungkin itu adalah dampak dari ketidakproduktifan kajian yang selama ini kita ikuti.
Apabila suatu pertanyaan dilontarkan teman kepadamu padahal pernah kita dengarkan jawabannya dari kajian yang kita ikuti, lantas scroll, Googling untuk mencari jawabannya. Karena kita tak produktif selama ini.
Maka, fokuslah, hentikan media sosial lainnya, bawa pulang catatanmu. Simpan dengan rapi. Baik di buku, gadget, dll yang mudah dijangkau.
Bahkan ketika kita fokus dalam mengikuti suatu kajian bisa jadi itu adalah metode talaqqi dari seorang guru kepada murid. Dari guru kemudian murid faham, mengamalkan dan mendakwahkan.
Pengen jadi penulis ? Fokus!
Allahu ta'ala a'lam.
Bermanfaat? Share.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H