Mengemis bukanlah sebuah pekerjaan yang baik. masih banyak pekerjaan lain yang bisa dilakukan untuk sekadar memperoleh uang. Namun, kenyataannya profesi ini masih terus ada dan terus berlangsung. Bahkan, tidak jarang anak-anak pun dijadikan pengemis oleh orang tuanya dan menjadi lahan untuk mencari nafkah.
Fenomena anak-anak mengemis ini bukanlah hal baru. Kita sudah sering menyaksikan berbagai reportase yang ditulis oleh jurnalis media online maupun hasil liputan jurnalis media visual seperti televisi.Â
Kali ini saya sendiri mencoba merekam jejak salah seorang pengemis cilik yang setiap hari mangkal di pintu Selatan Cimahi Mall, Kota Cimahi. Pengemis cilik wanita ini kerap kali terlihat mengemis di seputar tangga menuju pintu masuk mall pertama dan terbesar se Kota Cimahi tersebut. Ia memanfaatkan setiap pengunjung yang akan masuk ke dalam mall.
Kalau dilihat dari penampilannya, anak kecil tersebut masih terlihat lugu. Namun, ia sudah tidak malu-malu lagi menjalankan profesinya sebagai pengemis. Mungkin pekerjaan ini sudah sering dilakukannya sehingga ia sudah terbiasa dan tidak terlihat canggung. Ia seolah-olah melakukannya tanpa beban.
Saat saya coba mewawancarai gadis cilik tersebut, semula ia mengaku bernama Leha. Lalu segera diralatnya dengan mengatakan bahwa namanya adalah Dewi. Â Saya jadi ragu, anak ini bernama Leha atau Dewi ya? Ah, namanya tidaklah terlalu penting bagi saya saat ini. Saya hanya penasaran ingin tahu siapa dirinya, setidaknya dari hasil pengakuannya.
Dewi mengau tinggal di Pojok - sebuah kampung yang letaknya di sebelah Barat, berjarak sekitar 500 m, tak jauh dari Cimahi Mall. Saat ditanya sedang apa ia berada di tempat tersebut, ia menjawab, "Saya sedang main."
Jelas Dewi berbohong. Gadis cilik itu bukan sedang main, tapi sedang mengemis. Menurut pengakuannya lagi, ia di sana atas suruhan ibunya yang berprofesi sebagai pedagang kecil. Ibu dan ayahnya berjualan ikan pindang di sebuah pasar tradisional.
Usia Dewi kisaran 7-8 tahun. Ia masih sekolah di sebuah Sekolah Dasar dan baru duduk kelas dua. Zaman pandemi covid-19 ini semua sekolah diliburkan dan anak-anak seharusnya belajar di rumah, bukan bermain di mall seperti Dewi ini.Â
Hampir setiap hari gadis kecil hitam manis tersebut diantar ibunya ke mall dan nanti sekitar jam 14.00 WIB baru dijemput oleh ibunya. Kalau sedang lapar atau haus, ia mengambil uang receh yang disimpan dalam tas kecilnya dan membelanjakannya. Ia sudah terlihat mandiri dan nyaman dengan aktivitas kesehariannya. Tentu saja hal ini tidak baik buat perkembangan mentalnya. Â Â Â
Dalam sehari penghasilan Dewi tak kurang dari Rp 100 ribu. Sebuah angka yang cukup fantastis untuk anak sekecil dirinya. Uang tersebut nanti dipakainya buat jajan sebagian dan sisanya disetorkan ke ibunya di rumah.Â
Memang profesi yang dijalani Dewi ini bukanlah atas kehendaknya sendiri. Ia sudah menjadi budak dan bahan eksploitasi oleh orang tuanya dengan alasan ekonomi. Tidak seharusnya anak kecil ini bermain seharian di mall untuk membantu orang tuanya mencari uang. Belum saatnya ia mencari nafkah. Harusnya waktu kesehariannya dipakai untuk belajar dan bermain, bukan untuk mengemis.
Gadis kecil ini memang tidak sendiri. Ada pengemis cilik lainnya yang berkeliaran di seputar pintu masuk bagian Selatan Cimahi Mall tersebut. Namun, saya belum tahu, apakah mereka satu grup atau bukan. Kebetulan saya hanya fokus mengamati gadis cilik tersebut.
***
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H