Kedelapan, iradat (berkehendak). Allah berkehendak atas segala sesuatu. Oleh karena itu, kejadian apapun itu terjadi atas kehendak Allah SWT. Bila Allah SWT berkehendak, maka jadilah dan tidak ada seorang pun yang bisa mencegah-Nya. Kesembilan, 'ilmun (mengetahui). Allah SWT mengetahui atas segala sesuatu baik yang tampak maupun yang tidak tampak.
Kesepuluh, hayat (hidup). Allah Maha Hidup, tidak akan pernah mati, binasa, ataupun musnah. Dia kekal selamanya. Kesebelas, sama' (mendengar). Allah Maha mendengar apa yang diucapkan hamba-Nya, baik yang diucapkan maupun yang disembunyikan. Keduabelas, basar (melihat). Allah Maha Melihat segala sesuatu. Semua yang ada di dunia ini tidak luput dari pengelihatan Allah SWT.
Ketigabelas, qalam (berfirman). Allah berfirman melalui kitab-kitab yang diturunkan melalui perantara para Nabi. Keempatbelas, qadiran (berkuasa). Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada di alam semesta. Kelimabelas, muridan (berkehendak). Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Apabila Allah sudah menakdirkan suatu perkara maka tidak ada yang dapat menolak kehendak-Nya.Â
Keenambelas, aliman (mengetahui). Aliman artinya Mengetahui. Allah Maha mengetahui atas segala sesuatu. Ketujuhbelas, hayyan (hidup). Allah Maha Hidup. Dia selalu mengawasi hamba-hamba-Nya dan tidak pernah tidur. Kedelapanbelas, sami'an (mendengar). Allah itu Maha Pendengar. Tidak ada yang terlewatkan bagi Allah dan tidak ada pula yang melampui pendengaran-Nya.
Kesembilanbelas, bashiran (melihat). Allah selalu melihat dan mengawasi hamba-hambaNya. Oleh karena itu, sudah semestinya kita selalu berbuat kebaikan. Keduapuluh, mutakalliman (berfirman atau berkata-kata). Allah berfirman lewat kitab -- kitab suci yang diturunkan lewat para nabi. Ternyata makna yang dikandung dalam pilahan 20 batang  bambu di pintu Bumi Alit Kabuyutan begitu dalam. Â
"Di sini tidak ada hubungannya dengan magis. Semua mengandung filosofi-filosofi Islam. Kalau kita bisa melaksanakannya dengan Islam yang benar seperti misalnya menjalankan salat lima waktu, Insya Allah bakal ketemu dengan pusaka yang ada dalam diri kita," ujar Wawan menjelaskan dengan penuh semangat.
Tanda Mata Khas Bumi Alit KabuyutanÂ
Setiap bepergian ke suatu tempat biasanya wisatawan ingin membeli oleh-oleh khas setempat sebagai tanda kenang-kenangan. Setiap daerah wisata umumnya sudah menyediakan cindera mata yang bisa kita peroleh dengan membelinya. Begitu juga dengan lokasi wisata religi di Situs Bumi Alit Kabuyutan ini telah menyiapkan cindera mata yang terbuat dari bambu, kayu, dan lain-lain. Salah satu cinderam mata itu adalah miniatur prasasti Bumi Alit Kabuyutan.
Selain itu ada juga cindera mata lainnya yaitu berupa miniatur  perlengkapan menanam padi atau orang Sunda menyebutnya perkakas tatanam. Banyak perlengkapan bertani yang kini sudah punah bisa kita lihat dalam bentuk replika miniaturnya. Dengan melihat ini, kita bisa belajar sejarah pertanian masyarakat Sunda di masa lalu. Â