Semula obrolan ini saya anggap obrolan biasa saja. Namun, setelah beberapa menit ngobrol, banyak hal menarik yang saya ketahui. Naluri jurnalis saya pun muncul. Tiba-tiba saya jadi tertarik mewawancarainya, tanpa pengemudi itu tahu kalau dirinya sedang menjadi objek wawancara untuk bahan tulisan ini.
Pengalaman Menarik Kerja di Eropa
Pengemudi ojol ini pernah bekerja selama dua minggu di sebuah perkebunan apel sebagai buruh dengan pekerjaan memetik buah apel.
Menurutnya, saat panen tiba biasanya pemilik kebun akan mencari tenaga harian lepas untuk memetik apel di kebunnya. Jangan disamakan dengan pekerjaan memetik buah di Indonesia yang biasanya asal petik saja, di sana berbeda.
Buah yang dipetik harus sesuai dengan ukuran tertentu. Jika belum memenuhi ukuran yang sudah ditentukan, maka buah tersebut tidak boleh dipetik.Â
Jika kebetulan buah apel yang dipetik terjatuh tanpa sengaja, maka buah tersebut harus dibuang dan menjadi sampah. Buah yang jatuh dianggap barang afkiran, tidak boleh dijual. Jadi kualitas buah benar-benar dijaga dengan baik agar konsumen puas.Â
Upah bekerja sebagai pemetik buah apel bukan dibayar harian atau per jam, melainkan dibayar berdasarkan banyaknya buah yang berhasil kita petik. Hitungannya per 10 Kg dibayar 6 Euro (kurs saat ini: 1 Euro = Rp 15.574,22) atau setara dengan Rp 93.445,32.
Sehari dia bisa memetik antara 30-50 Kg. Jadi penghasilannya antara Rp 280.335,96 sampai Rp 467.226,6. Sungguh besar upahnya jika dibandingkan dengan bekerja di indonesia.
Pengalaman lainnya pengemudi ini bekerja di stadion sepak bola milik klub asal Belanda, Ajax, di Amsterdam. Johan Cruyff Arena, yang dulu bernama Amsterdam Arena.
Saat itu dia bekerja karena, kebetulan, diajak pamannya yang sedang mendapat proyek pengerjaan mengecat stadion tersebut.
Sang pengemudi ojol ini mendapat tugas mengamplas kursi yang terbuat dari bahan fiber, sedangkan bagian mengecatnya oleh orang lain. Jadi setiap orang sudah memiliki pembagian tugasnya sendiri-sendiri.