Akhirnya kami sampai juga di makam Minak Semelasem yang jaraknya tidak jauh dari kompleks makam sebelumnya. Sayangnya kondisi makam yang sering dikeramatkan ini justru terlihat sangat memprihatinkan.
Kesannya kurang terurus dengan baik. Pagarnya bukan terbuat dari tembok, melainkan terbuat dari besi yang sudah rusak dan berkarat. Beberapa di antara besinya sudah hilang, bengkok, dan hampir rubuh.
Saat kami datang, tampak seorang pria paruh baya sedang berada di tengah kebun. Melihat kehadiran kami, beliau segera datang menghampiri kami. Kami pun saling berkenalan dan terlibat obrolan singkat. Ternyata beliau adalah Pak Nafsir, penjaga makam.
Setelah saya jelaskan maksud kedatangan kami hanya untuk meliput dan mencari informasi tentang keberadaan makam tersebut, beliau pun akhirnya menjadi antusias dan bersedia kami wawancarai.
Mengapa awalnya Pak Nafsir menaruh kecurigaan dan berpandangan negatif terhadap kedatangan kami? Ternyata beliau dulu pernah kedatangan tamu, utusan dari beberapa anggota DPRD Kabupaten Lampung Utara yang juga tokoh sebuah partai politik di sana.
Bahkan, beliau mengaku sudah dipanggil dan langsung menghadap mereka. Saat itu beliau dijanjikan akan dibantu mencarikan dana buat memugar makam tersebut. Sayangnya itu semua hanya janji-janji kosong yang tidak terealisasikan sampai sekarang, sehingga membuatnya kecewa.
Setelah mengobrol singkat, Pak Nafsir mengajak mampir ke rumah beliau di Kotabumi, kalau kami serius ingin tahu tentang kisah keberadaan makam tersebut secara lebih detail. Kami pun setuju untuk mampir ke rumah beliau di lain waktu.
Kemudian kami pun masuk ke dalam area makam yang dikelilingi pagar besi untuk berziarah. Tidak lupa kami semua mendoakan almarhum Minak Semelasem dan keluarganya agar mendapatkan tempat yang layak disisi-Nya.
Dua hari berikutnya, saya dan teman-teman berkesempatan berkunjung ke rumah Pak Nafsir. Setelah sepakat menentukan waktu pertemuan via handphone, kami segera menuju ke rumahnya di daerah Kotabumi Ilir. Beliau pun menyambut kami dengan ramah