Masa anak-anak adalah momen yang paling indah. Betapa tidak, diusia tersebut kita tidak perlu memikirkan hal-hal yang berat dan rumit, karena hal tersebut sudah menjadi tugas orang tua. Bagian anak-anak adalah belajar dan bermain.
Zaman sekarang, beda sekali dengan era 80-an. Saat itu masih belum modern. Semuanya serba terbatas dan sederhana. Begitu pula dengan permainan anak-anak, masih tradisional.
Permainan anak sekarang ini umumnya sudah menggunakan mesin dan listrik. Bahkan, tidak sedikit mainan yang sudah otomatis dengan menggunakan remote control, sedangkan era 80-an masih manual. Oleh sebab itu, perlu kerja keras dan kreativitas untuk bisa menciptakan sebuah mainan yang bagus pada zaman itu.
Salah satu mainan yang banyak digemari anak-anak era 80-an adalah kapal-kapalan. Mainan yang terbuat dari alumunium ini - biasanya terbuat dari kaleng bekas - banyak dijual oleh para pedagang keliling. Mereka berjalan kaki menelusuri kampung sambil memanggul barang dagangannya. Jika ada kerumunan anak-anak, mereka berhenti, lalu mendemontrasikan mainan tersebut.
Setiap daerah biasanya memiliki julukan tersendiri terhadap mainan ini. Ada orang yang menamakannya 'kapal klotok', tetapi ada juga orang yang menyebutnya 'kapal otok-otok' karena bunyinya persis seperti kapal klotok yang biasa dipakai oleh nelayan tradisional kita.
Bentuk mainan kapal klotok ini sederhana, menyerupai kapal perang. Pada bagian tengahnya terdapat sosok tentara memakai helm yang sedang sedang bersiap-siap menembakkan senjatanya. Persis di bagian depan, ada dua moncong senjata menghadap ke atas. Bagian belakangnya terdapat bendera merah putih sebagai simbol Indonesia. Ketika kapal-kapalan ini dijalankan, ada bunyi 'tok-tok-tok-tok', sehingga kesannya seolah-olah tentara tersebut sedang menembakkan senjatanya.
Semula saya kira permainan kapal-kapalan ini sudah punah, ternyata keliru. Ketika saya sedang mengantar istri berbelanja ke Pasar Antri ,Cimahi, saya menemukan seorang pedagang yang sedang menjual mainan ini. Lelaki paruh baya tesebut duduk di antara para pedagang buah-buahan. Sederet kapal-kapalan berjajar rapi dipajang di atas tempat yang sederhana. Sementara itu pada bagian lain terlihat sebuah mainan kapal klotok sedang berjalan mengelilingi tepian baskom yang berisi air.
Menurut penjualnya, mainan kapal klotok tersebut dijualnya dengan harga Rp 10.000 per buah. Setiap hari dia bisa menjual antara 5-10 buah. Kalau sedang beruntung, dia bisa menjual sampai 30 buah. Terutama pada hari libur. Apalagi menjelang perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI), biasanya pembelinya membeludak.
Pak Asep (bukan nama sebenarnya) ternyata sudah cukup lama berjualan kapal-kapalan di Pasar Antri, Cimahi. Menurut pengakuannya, sejak 2003 dia sudah berjualan sampai sekarang. Meskipun hasilnya tidak seberapa, tetapi lumayan bisa menopang kehidupan keluarganya yang sederhana. Mainan tersebut tidak dibuatnya sendiri, melainkan ada pedagang lain yang memasoknya. Kalau dagangannya mulai menipis, biasanya sore atau malam pesan ke pemasoknya. Besok paginya sekitar pukul 08.00 WIB, barang di antar ke rumahnya sesuai jumlah pesanannya.
Kalau Anda masih punya anak kecil dan ditempat anda ada pedagang yang menjualnya, sebaiknya beli mainan ini. Selain menarik, harganya juga relatif murah. Hanya perlu baskom berisi air sebagai medianya, sedangkan untuk menjalankannya cukup diberi minyak goreng atau jelantah - minyak goreng bekas. Kemudian rendam kapas di wadah yang berisi minyak tadi, lalu nyalakan dengan korek api. Just a simple!
Jika Anda membeli mainan jadul (zaman dulu) ini, berarti sudah ikut membantu pedagang kecil.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H