Tidak jarang apa yang diterima oleh Rasyid tidak sesuai dengan permintaannya. Namun, dia berusaha untuk menerimanya dengan ihlas, karena dia menyadari kondisi orangtuanya yang memang terbatas. Berbeda dengan salah seorang kakaknya. Jika permintaannya kurang, dia protes dan tidak terima, sehingga suasana kadang menjadi ramai.
ORANGTUA BERPIKIRAN MAJU
Beruntung orangtua Rasyid tergolong orang yang berpandangan maju. Ketika masih banyak orang di kampungnya yang berpikiran sempit, dia justru sebaliknya. Orang kampungnya rata-rata jarang yang menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi. Mereka beranggapan untuk apa memaksakan diri menyekolahkan anak kalau kondisi ekonomi tidak mampu. Hal ini berbalik dengan pemikiran orangtua Rasyid. Dia justru berpikir, apapun akan dilakukannya demi sekolah anak-anaknya. Tidak mampu pun dia rela berhutang, yang penting anak-anaknya bisa maju sekolahnya.
"Sudahlah, jangan menyekolahkan anak kalau tidak ada uang," ujar teman-teman orangtua Rasyid yang tidak setuju dengan pendapatnya. Mereka beranggapan memaksakan diri menyekolahkan anak dalam kondisi ekonomi pas-pasan sama saja dengan kesia-siaan.
Anehnya lagi, ketika orangtuanya sukses menyekolahkan anak-anaknya dan banyak yang sudah sukses, tetap saja ada pendapat miring dari mereka. "Habis tanah dan ladang dijual, makanya bisa jadi orang," kata mereka. Jadi semua serba salah, tidak ada yang benar.
"Kejelekan orang-orang kami dulu di kampung, makanya jangan ditiru. Kalau tidak bisa membantu, ya jangan mencela. Misalnya ada teman yang sukses, ya kita dekati saja, jangan dicemburui, apalagi difitnah. Kalau ada teman yang susah dan perlu bantuan, ya kita bantu. Jadi, jangan senang melihat orang susah atau susah melihat orang lain senang," kata Rasyid sedikit berfilosofi.
Ada kebiasaan orangtua Rasyid yang sangat menarik. Setiap akhir semester, ketika anak-anaknya akan mengikuti ulangan umum atau ujian, biasanya orangtuanya mengundang tetangganya ke rumah dan membuat acara pengajian. Mereka membaca Surat Yasin dan ikut mendoakan anak-anaknya yang sedang ujian. Kebiasaan ini selalu dilakukan orangtuanya sampai semua anak-anaknya lulus ujian.
KEHIDUPAN DI KAMPUNG YANG SEDERHANA
Rasyid dibesarkan di sebuah kampung kecil di Pulau Sumatera yang tidak begitu dikenal luas. Masa kecilnya dihabiskan dengan bermain dengan teman sebayanya. Kalau mau mandi, biasanya pergi ke sungai yang letaknya tidak jauh dari kampungnya.
Rata-rata penduduk kampungnya bermata pencarian dengan bercocok tanam. Sebagian lagi berdagang kecil-kecilan. Kalau ada penduduk yang punya warung agak lengkap, itu sudah termasuk hebat dan bisa dibilang orang kaya di kampungnya.
Orang kampung jarang sekali bepergian ke kota. Kalau mau belanja ke pasar, tempatnya jauh di kota, sehingga mereka jarang sekali mereka pergi ke kota, kecuali kalau memang dianggap ada keperluan penting. Biasanya kebutuhan sehari-hari dipenuhi ketika ada pasar kaget mingguan yang biasa disebut 'kalangan'. Nah, di pasar kaget inilah penduduk kampung yang ada di sekitarnya berbelanja semua kebutuhan mereka selama satu minggu.