Terus Mengembangkan Dunia Seni
Hidup di lingkungan seni yang kuat membuat jiwa Sujiwo Tejo pun terpengaruh. Bahkan sejak masih kanak-kanak beliau sudah belajar mendalang wayang kulit di kampungnya. Kemudian beliau juga mulai mencipta sendiri lakon-lakon wayang kulit sebagai awal profesinya di dunia wayang dengan judul Semar Mesem (1994).
Pada 1996, Sujiwo Tejo mendapat kesempatan menampilkan karya seninya yaitu sebanyak 13 episode pertunjukan Wayang Kulit Ramayana di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Kemudian disusul dengan penampilan Wayang Acappella berjudul “Shinta Obong” dan lakon “Bisma Gugur”.
Sejak bergabung dengan Komunitas Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI), aktifitas berkesian Sujiwo Tejo kian dalam dan melekat. Selain mengajar di EKI sejak 1997, hari-harinya selalu penuh dengan aktifitas berkesenian, seakan tiada hari tanpa seni dalam hidupnya. Hal ini memberinya kesempatan untuk lebih fokus dan total dalam mengembangkan dunia seni.
Pada periode 1998-199, Sujiwo Tejo mulai melakukan road show, memberikan workshopteater ke berbagai daerah di Indonesia. Beliau juga memelopori berdirinya Jaringan Dalang yang bertujuan untuk memberi napas baru bagi tumbuhnya nilai-nilai wayang dalam kehidupan masyarakat masa kini. Puncaknya pada 2004, beliau beserta rombongannya berhasil melakukan misi kesenian berkeliling Yunani sambil mendalang.
Bernyanyi dan Bermain Teater
Selain menekuni profesi sebagai dalang, pada 1998 Sujiwo Tejo mulai bernyanyi. Beliau membuat album berjudul “Pada Suatu Ketika”. Bahkan video klip album "Pada Suatu Ketika" berhasil meraih penghargaan sebagai Video Klip terbaik dalam ajang Grand Final Video Musik Indonesia 1999. Pada tahun berikutnya, video klip lainnya juga masuk nominator sebagai Video Klip Terbaik untuk Grand Final Video Musik Indonesia tahun 2000. Album lagu berikutnya yang lahir dari hasil kraeasinya adalah album berjudul “Pada Sebuah Ranjang” (1999), “Syair Dunia Maya” (2005), “Yaiyo” (2007), dan “Mirah Ingsun” (2012).
Aktifitas lain yang dilakukan Sujiwo Tejo secara paralel adalah turut serta dalam pertunjukan teater. Beberapa kegiatan tater yang melibatkannya di antaranya: pertunjukan “Laki-laki” yang berkolaborasi dengan koreografer Rusdy Rukmarata dan Teater Utan Kayu di Gedung Kesenian Jakarta pada 1999. Sujiwo Tejo juga menjadi Sang Dalang dalam pementasan EKI Dancer Company yang bertajuk Lovers and Liars di Balai Sarbini, pada Sabtu dan Minggu, 27-28 Februari 2004.
Alumni ITB Angkatan’81 yang nyasar jadi seniman dan budayawan ini juga pernah terlibat dalam kegiatan sosoal berupa penggarapan pertunjukan musikal berjudul “Battle of Love-when love turns sour”, yang digelar pada 31 Mei - 2 Juni 2005 di Gedung Kesenian Jakarta. Pagelaran tersebut merupakan hasil karya kolaborasi antara dirinya yang bertindak sebagai komposer musik dengan Rusdy Rukmarata yang berperan sebagai sutradara & koreografer. Hasil kegiatan tersebut mereka pergunakan untuk membiayai program pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak putus sekolah yang dikelola oleh Yayasan Titian Penerus Bangsa.
Sujiwo Tejo juga menyutradarai drama musikal yang berjudul “Pangeran Katak dan Puteri Impian” yang digelar di Jakarta Convention Center tanggal 1 dan 2 Juli 2006.
Menulis Buku