Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wahyu Indra Sakti Saidi, Doktor “Gila” yang Hobi Berbisnis Kuliner

22 Agustus 2016   20:42 Diperbarui: 22 Agustus 2016   20:52 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun belakangan bisnis bakminya kian pudar. Karena tidak siap dengan sistem pengembangan, usahanya mulai bermasalah. Setelah 2006, satu demi satu outlet-nya terpaksa tutup karena tak mampu lagi bersaing yang ditandai dengan merosotnya omzet penjualan di beberapa outlet. Rata-rata omzet tiap outlet bakminya turun tajam, hanya berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 5 juta perhari. Sekarang tersisa 12 outlet saja. Itulah outlet miliknya sendiri.

Meski demikian, Wahyu tidak patah arang. Kisah kebangkrutannya dilirik sebuah stasiun televisi di Jakarta. Wahyu kemudian diminta menjadi host program ‘’Berani Bangkrut’’.
 Program ini menarik minat seorang pejabat sebuah bank swasta papan atas. Eksekutif itu kemudian meminta Wahyu menjadi motivator bisnis untuk nasabah bank yang ingin belajar menjadi wirasusaha. Wahyu kemudian mengikat kontrak dengan bank tersebut selama tiga tahun sebagai motivator.

Bangga Pernah Membangkrutkan 498 Outlet Bakmi

Biasanya seorang pengusaha merasa senang jika berhasil mengembangkan bisnisnya, apalagi jika memiliki cabang hingga ratusan outlet. Namun hal itu tidak berlaku bagi Wahyu Saidi. Beliau justru berpikiran sebaiknya, bahkan merasa bangga karena pernah mempunyai 410 outlet bakmi, kemudian sukses “membangkrutkan” 398 diantaranya, sehingga hanya tersisa 12 outlet saja.

“Itu harga pembelajaran sebagai pengusaha,” ujar dosen Universitas Negeri Jakarta ini pada sebuah forum yang mendaulatnya menceritakan pengalaman usahanya di Jakarta, pada Rabu, 7 Desember 2011 silam.

 “Saya harus menutup 398 diantaranya dan tersisa 12 saja karena saya tidak sanggup mengelolanya,” tutur Wahyu Saidi seperti dikutip dari http://jaringanews.om

Menurut Wahyu Saidi, seiring dengan berkembangnya usaha, diperlukan rentang manajemen yang lebih besar. Seorang wirausaha harus siap mendapatkan bantuan dari orang lain, apakah itu konsultan, para manajer dan sebagainya.

“Pada titik ini saya tidak siap. Saya paling pusing bila diharuskan bekerjasama dengan orang lain. Akhirnya saya memutuskan fokus pada 12 gerai saja,” tutur Wahyu.

Sekarang dengan 12 gerai itu, Wahyu Saidi sudah puas. Setiap bulan pendapatannya berada pada kisaran Rp200 jutaan. Itu sudah setara dengan gaji direktur perusahaan jalan tol, karier yang sudah ditinggalkannya.

Kendati begitu, Wahyu Saidi  tidak kapok memprovokasi orang lain untuk keluar dari zona aman sebagai karyawan untuk menjadi seorang entrepreneur.

"Kalau sudah bosan dengan rutinitas, jadilah pengusaha," tuturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun