Kita sering mendengar kisah sukses pemimpin besar dunia. Nama mereka dikenal dimana-mana. Namun kadang kita tidak mengetahui bahwa kesuksesannya itu ternyata tidak datang dengan sendirinya. Sukses yang diperolehnya bukan hanya karena kemampuannya sendiri, melainkan juga karena dibantu oleh orang-orang terdekatnya yang umumnya kurang diketahui publik.
Wanita mempunyai peran yang tidak kecil terhadap kesuksesan pasangan hidupnya. Kesuksesan seorang suami tentu tidak terlepas berkat dukungan seorang istri. Tanpa dukungan yang kuat, belum tentu karir seorang suami bisa terus menanjak. Butuh kerja sama yang baik antara pasangan suami istri. Keduanya harus saling support untuk melakukan hal positif, bukan berjalan sendiri-sendiri, atau saling hasut yang justru bisa saling menjatuhkan.
Beberapa pria sukses dan terkenal dari berbagai belahan dunia mengakui kalau kesuksesan mereka berkat campur tangan istri-istri mereka yang hebat. Wanita yang menjadi pendamping hidup mereka itulah yang selalu membuat mereka tetap eksis dan mampu melewati berbagai tantangan dalam perjuangan karir mereka.
Kita bisa mengambil contoh kesuksesan Soekarno – mantan presiden RI pertama – dan istri keduanya Inggit Garnasih, kisah Soeharto – mantan presiden ked-2 Ri – dan Siti Hartinah (Ibu Tien Soeharto), atau kisah BJ Habiebie – mantan presiden RI ke-3 – dan istrinya Ainun. Kisah lainnya adalah kesuksesan Joan Peron - mantan Presiden Argentina - dan istrinya Eva Peron, atau kisah Mark Zuckerberg - pendiri Facebook– dan istrinya Priscilla Chan, serta masih banyak kisah-kisah orang besar lainnya yang sukses berkat dukungan istrinya.
Elin Suharliah Sang Penakluk Abubakar
Salah seorang wanita hebat dari Provinsi Jawa Barat adalah Dra. Hj.Elin Suharliah, M.Si. Beliau adalah istri Abubakar, mantan Sekretaris Daerah Kabupaten Bandung yang sekarang menjabat sebagai Bupati Kabupaten Bandung Barat. Seperti pepatah mengatakan, “Dibalik kesuksesan seorang pria, terdapat wanita hebat di belakangnya”. Beliau adalah wanita di balik kesuksesan sang suami yang begitu setia mendampinginya dalam suka dan duka selama kurang lebih 40 tahun lamanya.
Awalnya Elin mengenal Abubakar sekitar 1973 dalam acara POSMA (Pekan Orientasi Mahasiswa Baru) di kampus APDN (Akademi Pemerintahan Dalam Negeri) Bandung - sekarang berubah menjadi STPDN. Saat itu mereka sama-sama kuliah di sana dan beliau sedang mendapat tugas dari panitia POSMA untuk minta tanda tangan dari mahasiswa seniornya. Kebetulan Abubakar saat itu juga merupakan mahasiswa senior di kampusnya.
Ketika gadis cantik yang mengidolakan Siti Khadijah ini minta tanda tangan ke Abubakar. Seniornya itu justru mencari kesempatan untuk berkenalan sekaligus menanyakan asal-usulnya. Setelah perkenalan singkat tersebut, lantas Abubakar membuat sebuah coretan di buku Elin berupa gambar telapak tangan. Saat itu putri mantan Asisten Sekda Bidang Pemerintahan di Pemda Sumedang ini hanya tersenyum. Beliau sama sekali tidak paham apa maksudnya dan mengira hal itu sebagai tanda salam dari seniornya.
Saat itu perasaan Elin biasa-biasa saja dan belum merasakan adanya getaran cinta. Maklum suasana di kampus saat itu begitu hiruk pikuk. Selain itu beliau juga merasa lelah dan sedang fokus memikirkan bagaimana caranya untuk menyelesaikan semua tugas yang disuruh oleh panitia POSMA di kampusnya.
Pertemuan antara Abubakar dan Elin berikutnya terjadi pada acara inagurasi – acara keakraban antara mahasiswa baru dan mahasiswa senior – yang bertempat di sebuah gedung di luar kampus APDN. Kesempatan itu dimanfaatkan Abubakar untuk mendekati Elin. Kemudian mereka berdua mengobrol dan saling mengakrabkan diri.
Usia acara inagurasi, Abubakar menawarkan diri untuk mengantar Elin pulang ke kosannya yang kebetulan tidak jauh dari kampusnya. Saat itu Elin memang tinggal sekamar dengan dua teman wanitanya. Dengan perasaan campur aduk, akhirnya Elin menerima tawaran tersebut.
Sejak itu Abubakar sering datang ke tempat kos Elin. Biasanya beliau tidak sendiri, melainkan datang bersama teman-temannya. Mereka lalu mengobrol dan bersenda gurau bersama. Semuanya terasa mengasyikkan. Namun menurut wanita yang hobi memasak ini, saat itu dirinya tidak tahu siapa sebenarnya di antara seniornya itu yang suka padanya.
“Saat itu Pak Abu datang bersama teman-temannya, sedangkan saya juga ditemani dengan teman-teman kos juga. Jadi Saya juga bingung, tidak tahu siapa suka dengan siapa. Pokoknya jalani saja apa adanya,” jelas penggemar sayur lodeh, ayam goreng dan karedok ini mengenang masa lalunya.
Uniknya hubungan antara Abubakar dan Elin berjalan seperti air mengalir, apa adanya. Keduanya tidak pernah menyatakan perasaan cintanya secara formal. Elin mengaku kalau selama mereka berkenalan, Abubakar tidak pernah “menembak”nya dan menyatakan “I love you”. Bahkan kalau ditanyakan siapa yang duluan jatuh cinta? Istri Bupati Bandung Barat ini dengan tersenyum mengatakan,”Sepertinya Pak Abu yang duluan jatuh cinta”.
Hubungan asmara Elin dan Abubakar saat itu berjalan apa adanya. Meskipun tanpa ada ikrar yang terucap, tetapi tatapan mata dan perasaan batin mereka tidak bisa dikelabui, kalau sebenarnya mereka saling tertarik satu sama lainnya. Hal tersebut juga bisa dilihat dari intensitas pertemuan mereka yang semakin sering terjadi. Kadang mereka bertemu di tempat kos, atau sekali-kali bertemu di luar untuk sekedar makan atau jajan bersama.
Sosok Abubakar di mata Elin saat itu merupakan sosok pria yang perhatian dan penuh tanggung jawab. Beliau juga dikenal sebagai mahasiswa senior yang ramah dan peduli terhadap juniornya. Sama sekali tidak terkesan sombong, apalagi galak, sehingga ada beberapa teman wanita beliau yang suka padanya. Namun bupati pertama Bandung Barat tersebut justru tidak memperdulikan mereka. Perhatian Abubakar justru tetap fokus ke dirinya. Hal inilah yang membuat hati Elin semakin tertarik dan jatuh cinta padanya.
Sementara itu banyak juga teman-teman mahasiswa APDN seangkatan Elin yang menaruh hati padanya. Namun tampaknya mereka enggan bersaing dengan Abubakar, karena mereka sangat segan dan menghormati seniornya tersebut.
Perkenalan Elin Suharliah dengan Abubakar membuat benih-benih cinta mereka berdua mengalir begitu deras. Masa-masa indah merajut asmara akhirnya berujung dipelaminan. Pada 18 Desember 1977, akhirnya beliau dinikahi Abubakar yang saat itu sudah bekerja sebagai ajudan Gubernur Jawa Barat, Aang Kunaefi.
Acara akad nikah dan resepsi dilaksanakan di rumah orangtua Elin di Sumedang. Kemudian dilanjutkan dengan acara syukuran yang dilaksanakan di Gedung Pakuan – rumah dinas Gubernur Jawa Barat - sebagai hadiah istimewa dari Gubernur Jawa Barat.
Hasil dari pernikahan tersebut, pasangan Elin dan Abubakar dikaruniai 3 orang anak yaitu 1 perempuan dan 2 laki-laki, serta 6 orang cucu. Anak pertamanya yaitu Hj. Alia Kadarsih Abubakar yang lahir pada 21 Agustus 1978. Putri pertama ini merupakan sarjana apoteker lulusan Farmasi ITB dan sekarang sudah bekerja sebagai PNS di Badan POM Jawa Barat.
Alia kini telah menikah pada tanggal 14 Maret 2004 di Bandung dengan Zainal Mutaqqin, S.T. - karyawan perusahaan kereta api. Pernikahan Alia dan Zainal menghasilkan 3 orang keturunan, yaitu Aleria Slam Afina (lahir 25 Mei 2005), Moch. Rashif Majayu (lahir 22 MEI 2007), dan Amira Calysta Ramadani (lahir 4 September 2008).
Putra ke-2 dan ke-3 pasangan Elin dan Abubakar adalah anak laki-laki kembar, yaitu masing-masing bernama Aulia Hasan Sumantri dan Aulia Husen Subagja. Keduanya lahir pada 17 Januari 1981. Hasan Sumantri merupakan sarjana perhotelan yang telah bekerja sebagai karyawan Bank Jabar Banten (BJB) dan kini juga sudah menikah dengan Paramitha pada 6 Maret 2011 di Bandung. Hasil pernikahannya membuahkan hasil berupa 2 orang anak yang lucu-lucu, masing-masing bernama Athar Fattah Pratama (lahir 7 Januari 2012) dan Azfar Faris Prakasa (lahir 12 Desember 2014).
Putra ketiganya Husen adalah seorang sarjana ekonomi yang kini sudah bekerja sebagai PNS di Setda Provinsi Jawa Barat. Husen menikah dengan Eka Putri Melati Suciani Respati pada 15 November 2014. Hasil pernikahan mereka dikaruniai seorang putra laki-laki yang diberi nama Kenan Albi Rakhaputra.
Ketika ditanya apa resep sukses Elin dalam mendidik anak-anaknya? Wanita hebat yang berada dibalik kesuksesan Abubakar ini dengan rendah hati mengatakan bahwa apa yang dilakukannya tidak jauh berbeda dengan orang tua lainnya. Beliau bersama suaminya bahu membahu mendidik anak-anaknya dengan sabar dan penuh kasih sayang.
Menurut wanita yang mengidolakan Bung Karno ini, beliau dan suaminya tidak pernah mendikte anak-anaknya, melainkan lebih banyak memberi keteladanan. Dalam hal bersekolah, mereka memberi kebebasan kepada anak-anaknya untuk memilih sekolah yang mereka minati dan tidak pernah memaksakan kehendak agar mereka harus masuk ke sekolah tertentu. Anak-anak berkembang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Menjadi seorang istri menurut Elin harus pintar dan cerdas. Kalau kebetulan memiliki pekerjaan sendiri, harus bisa mengejar karier dan berprestasi. Namun tetap tidak boleh melupakan kodratnya sebagai seorang wanita yang mempunyai tugas sebagai ibu rumah tangga.
“Seorang istri harus bisa mengurus anak dan mendampingi suaminya. Mengurus anak pada zaman sekarang bukanlah pekerjaan ringan. Banyak sekali tantangannya, terutama menyangkut arus globalisasi dan teknologi komunikasi yang begitu pesat. Kalau tidak bisa menyikapinya dengan bijak, bukan mustahil bisa berakibat fatal. Anak-anak bisa terjerumus kepada hal-hala yang negatif dan bisa mengacam masa depannya,” ujar mantan Kepala Kantor Arsip Daerah Kabupaten Bandung ini serius.
Selain itu Elin berharap agar setiap ibu rumah tangga harus mau menambah wawasannya. Banyak cara bisa dilakukan, misalnya dengan banyak membaca buku atau artikel dari media online. Beliau juga menyarankan agar para ibu mau belajar memperdalam ilmu keagamaannya.
“Seorang Ibu harus bisa menjadi teladan bagi keluarga dan anak-anaknya. Dia harus bisa melindungi keluarganya dari berbagai pengaruh luar yang mungkin bisa berdampak negatif,” pungkas Elin.
Sempat Putus Hubungan Sebelum Akhirnya Menikah
Perjalanan cinta Elin dan Abubakar tidak sepenuhnya mulus. Mereka pernah putus hubungan ketika Abubakar lulus dari APDN dan mulai bekerja sebagai ajudan gubernur Jawa Barat. Sementara itu Elin sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan kuliahnya sambil menyusun skripsi. Kondisi kesibukan keduanya yang membuat mereka jarang bertemu dan sempat lost contact.
Hubungan asmara Elin dan Abubakar kembali terjalin ketika beliau lulus kuliah pada tahun 1976 dan bekerja sebagai PNS di Kotamadya Bandung. Tanpa memberitakan sebelumnya, tiba-tiba Abubakar datang ke rumah kontrakannya di Jalan Dago Bandung. Kedatangan Abubakar membuatnya terkejut bercampur bahagia. Saat itu Elin masih tinggal bersama kakaknya.
Sejak pertemuan tersebut membuat benih-benih cinta mereka kembali bersemi. Abubakar semakin sering berkunjung. Setelah merasa ada saling kecocokan di antara keduanya akhirnya mereka sepakat untuk merencanakan pernikahan.
Selama mereka berpacaran, putri pasangan almarhum Amay Kaman dan almarhumah Suhara Hendra ini mengaku kalau dirinya tidak pernah cemburu terhadap Abubakar, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut tidak terlepas dari sifat Abubakar yang amanah, konsisten, dan bertanggung jawab. Elin sangat yakin kalau Abubakar benar-benar mencintainya dan sanggup menjadi imam yang baik bagi keluarganya. Saling menjaga kepercayaan merupakan kunci penting dalam menjaga keutuhan cinta mereka.
Sebagaimana halnya remaja yang sedang jatuh cinta, perbedaan pendapat merupakan hal yang biasa. Begitu juga yang terjadi antara Elin dan Abubakar. Jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan masing-masing, mereka bisa berdebat dan saling berargumentasi. Namun semua dilakukan dengan kepala dingin dan tidak ada kata-kata kasar yang keluar dari mulut mereka. Kalau mereka berdua marahan, paling juga tidak saling bertegur sapa. Hal itu biasanya tidak berlangsung lama. Biasanya Abubakar yang mengalah dan menyapa Elin duluan.
Salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika untuk pertama kalinya Abubakar mencium keningnya, tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Saat itu hati Elin bergejolak tidak karuan. Beliau berpikir, mungkin beginilah cara Abubakar menyatakan cintanya. Sepengetahuannya, selama mereka menjalin hubungan asamara, belum pernah ada kata-kata cinta yang keluar dari mulut Abubakar.
Wanita penggemar olahraga tenis meja dan hobi memasak ini mengaku kalau Abubakar bukanlah pria pertama yang membuatnya jatuh cinta. Saat masih bersekolah di SMA, Elin pernah jatuh cinta dengan pria yang masih terhitung saudara jauh. Namun itu hanyalah cinta monyet belaka dan tidak berlangsung lama. Meskipun Abubakar bukan pria pertama yang dicintainya, tetapi beliaulah pria terakhir yang dicintainya.
Kiat Sukses Membina Keluarga
Sebelum mereka menikah, Elin dan Abubakar biasanya saling memanggil satu sama lain dengan nama masing-masing, tidak ada sebutan khusus seperti halnya anak-anak muda zaman sekarang. Namun kadang-kadang Abubakar memanggilnya dengan sebutan “Eneng” – panggilan sopan untuk gadis Sunda. Setelah keduanya berumah tangga dan memiliki anak, suaminya memanggil Elin dengan sebutan “mamah”, sedangkan Elin memanggil suaminya dengan sebutan “bapa” sampai sekarang.
Dalam menjalankan biduk rumah tangganya, tidak pernah terdengar ada keributan besar yang membuat hubungan suami istri di antara mereka berdua menjadi retak. Abubakar yang dikenal penyabar sangat perhatian dan peduli terhadap keluarganya. Tidak heran kalau mereka terlihat selalu harmonis. Hal ini tentu karena kedua insan tersebut bisa saling melengkapi satu sama lain dan bisa saling bisa menjaga privasi masing-masing.
Kalau ada waktu liburan, mantan camat Ketapang ini memanfaatkannya dengan berkumpul bersama keluarga tercintanya di rumah. Biasanya Elin membuat masakan kesukaan suaminya, yaitu sayur kacang merah dan goreng ikan asin sepat. Kadang-kadang juga beliau mengajak suaminya makan diluar, sambil membawa anak dan cucunya. Kegiatan liburan lainnya adalah nonton bioskop bersama atau berlibur ke tempat favoritnya di Pangandaran.
Saling memberi perhatian merupakan salah satu kunci sukses Elin dalam menjaga kelanggengan hubungan rumah tangga mereka. Misalnya saat perayaan hari ulang tahun. Bahkan ada satu momen terindah dalam hidup Elin yang tak mungkin dilupakan sepanjang hayatnya yaitu ketika Abubakar mengatakan,”I love you full”, pada saat perayaan hari ulang tahunnya yang ke-60. Pernyataan tersebut merupakan kado istimewa yang membuatnya merasa menjadi wanita yang paling berbahagia di dunia ini.
Setiap keluarga pasti memiliki kiat-kiat khusus yang menjadi jurus ampuh dalam membina rumah tangganya, begitu juga dengan Elin. Menurut beliau, sepasang suami istri itu harus bisa memahami karakter pasangannya masing-masing, juga mau menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing pasangannya.
Kalau salah satu ada yang sedang marah, maka pasangan lainnya jangan ikut marah. Lebih baik diam dan jadi pendengar yang baik. Kalau situasi sudah reda, baru dibahas kembali masalahnya secara baik-baik dan dicari solusinya. Jangan dibiasakan saling berbantah-bantahan ketika sedang marah. Salah satu pasangan harus bisa menahan emosi dan mengalah.
Selain itu, pasangan suami istri itu harus berjiwa besar dan mau mengakui kesalahannya. Tidak perlu malu untuk meminta maaf kepada pasangannya ketika sadar bahwa salah satu dari mereka telah melakukan kesalahan. Justru permintaan maaf yang tulus bisa menyembuhkan hati yang terluka akibat perselisihan.
Tips berikutnya yang diberikan Elin adalah saling memberi perhatian kepada pasangan, misalnya memberikan kado kejutan di hari ulang tahun pasangannya. Selain itu keduanya harus bisa saling percaya dan tidak mudah cemburu buta.
Karir Sebagai PNS
Elin Suharliah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada 1977, setelah sebelumnya mengenyam pendidikan di APDN Bandung. Karirnya dimulai dari bawah, yaitu bekerja sebagai karyawan staf Kantor Bangdes Pemerintah Kotamadya Bandung. Setelah itu beliau mendapatkan jabatan pertamanya sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha di kantor tersebut.
Kemudian Elin dipindahkan ke Lembang untuk mengisi jabatan sebagai Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan di Kantor Pembantu Bupati Wilayah Lembang, Kabupaten Bandung. Dari sini beliau dimutasi lagi ke Soreang untuk menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha di Kantor Pembantu Bupati Wilayah Soreang, Kabupaten Bandung.
Berkat kerja kerasnya, karir Elin kian melejit. Beliau kemudian dipercaya menjadi camat di Kecamatan Ketapang, Kabupaten Bandung. Setelah sukses menjadi camat, karirnya dilanjutkan ke Kantor Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Bandung dengan menjabat sebagai Kepala Bagian Organisasi.
Selanjutnya wanita yang mempunyai motto hidup “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah” ini dipercaya menjadi Kepala Kantor Pendidikan dan Latihan (Diklat) Kabupaten Bandung. Sebelum pensiun, beliau sempat menjabat sebagai Kepala Kantor Arsip Daerah Kabupaten Bandung.
Riwayat Pendidikan Formal
Elin Suharliah dilahirkan di Bandung pada 2 November 1952. Beliau adalah putri pasangan Amay Kaman dan Suhara Hendra. Kedua orangtua beliau kini sudah almarhum. Ayahnya pernah bekerja sebagai PNS di Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang. Karir ayahnya berjalan dengan mulus dan terbilang sukses. Beberapa jabatan penting pernah diraih ayahnya, di antaranya pernah beberapa kali menjabat sebagai camat. Juga pernah menjabat sebagai wedana selama dua kali dan terakhir menjadi Asisten Sekda Bidang Pemerintahan di Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang.
Pendidikan formal Elin sejak SD sampai tingkat SMA dihabiskannya di Sumedang. Beliau menyelesaikan pendidikan SD di Sumedang pada 1966. Kemudian lulus SMP di Sumedang pada 1969 dan lulus SMA pada 1971, juga di Sumedang.
Selesai pendidikan dasar dan menengah, lalu Elin meneruskan pendidikan tingginya di Kota Bandung. Beliau masuk APDN Bandung dan selesai pada 1976 dengan menyandang gelar sarjana muda. Pendidikan sarjananya ditempuh di STIA Angkasa Bandung dan lulus 1988. Terakhir beliau melanjutkan pendidikan pasca sarjananya di Univeritas Garut (UNIGA) dan lulus pada 2000.
Pengalaman Organisasi dan Prestasi
Mungkin Elin termasuk wanita yang aktif dan tidak mau diam. Beliau selalu ingin melakukan aktivitas dan merasa senang jika dirinya bisa bermanfaat buat orang lain. Berbagai jabatan penting dalam organisasi pernah disandangnya, terutama yang masih berkaitan dengan aktivitasnya sehari-hari dilingkungan pemerintahan.
Elin pernah menjabat sebagai Sekretaris TP-PKK Kota Bandung, Ketua TP-Kecamatan Lembang, Sekretaris TP-PKK Kabupaten Bandung, Wakil Ketua TP-PKK Kabupaten Bandung dan Ketua Dharma Wanita Kabupaten Bandung.
Selain itu Elin juga pernah menjabat sebagai Ketua Koperasi Mutiara Dharma Wanita Kabupaten Bandung, Ketua yayasan Panti Asuhan Bhakti Pertiwi di Bale Endah, Ketua Gaubungan Organisasi Penyelenggara (GOP TKI) Kabupaten Bandung, Ketua Perwosi Kabupaten Bandung, dan Wakil Ketua Dekranasda Kabupaten Bandung.
Setelah suaminya menjadi orang nomor satu di Kabupaten Bandung Barat (KBB), kesibukannya dalam organisasi semakin padat. Beliau kini menjabat sebagai Ketua TP-PKK KBB, Ketua Dekranasda KBB, Ketua FORMI BB, Ketua KONI KBB, Ketua IPSM (Ikatan Petugas Sosial Masyarakat) KBB, Ketua LKKS (Lembaga Kordinasi Kesejahteraan Sosial) KBB dan Ketua PUSREHSOS (Pusat Rehabilitasi Sosial) KBB.
Masih ada beberapa lagi jabatan penting dibidang sosial kemasyarakatan yang dipegang oleh Elin, seperti Ketua Forum PAUD, Bunda PAUD KBB, Penasihat GOW, Penasihat Dharma Wanita Persatuan KBB, Ketua Pengajian Muslimat NU KBB, Ketua BKMM dan Ketua P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak).
Tidak aneh kalau jadual kegiatan Elin setiap hari begitu padat. Meskipun begitu, wanita yang mendapat penghargaan Satyalencana Kebaktian Sosial dari Direktorat Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial Kementerian Sosial ini tetap ramah, murah senyum dan rendah hati. Penghargaan tersebut diberikan kepada beliau sebagai tokoh perempuan penggerak dan penyelenggara kesejahteraan sosial.
Penyerahan anugrah Satyalancana Kebaktian Sosial diberikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang PMK RI, Puan Maharani pada puncak acara Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) yang diselenggarakan di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Minggu (20/12/2015) yang lalu.
Tentu tidak sembarang orang yang bisa memperoleh penghargaan bergengsi tersebut. Kriteria penerima Satyalancana Kebaktian Sosial ini cukup berat. Mereka adalah orang-orang yang telah mempunyai jasa besar terhadap bangsa dan negara, secara terus menerus selama 5 tahun.
Selain itu juga para penerima penghargaan tersebut telah melakukan berbagai kegiatan sosial yang hasilnya dapat langsung dirasakan manfaatnya dan diakui oleh masyarakat. Mereka juga telah menghasilkan inovasi/penemuan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat. Jasa dan kegiatan yang dilakukan dilandasi oleh kemandirian, kesadaran, prakarsa sendiri dan rasa tanggung jawab sosial.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H