[caption caption="Simbol Hari Perempuan Internasional (sumber: gobooksparks.com)"][/caption]
Oleh: J.Haryadi
Terus terang sebenarnya saya kurang paham kalau hari ini diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Saya justru tahu setelah mendapat pemberitahuan dari media sosial Facebook dan mesin pencari Google. Kedua situs tersebut bahkan sengaja membuat gambar khusus untuk menyambut peringatan hari yang dikenal secara internasional dengan sebutan International Women’s Day itu.
[caption caption="Gambar Peringatan Hari Perempuan Internasional oleh Google (Sumber: Google.com)"]
Mungkin kalau peringatan Hari Ibu yang jatuh setiap 22 Desember, semua orang Indonesia pasti hafal betul. Maklum tanggal tersebut biasanya banyak sekali kegiatan yang dilakukan, baik di sekolah maupun di kantor-kantor. Tercetusnya Hari Ibu berdasarkan dekrit presiden nomor 316 tahun 1959 tentang penetapan 22 Desember sebagai Hari Ibu yang dikeluarkan Presiden Soekarno. Alasannya adalah karena tanggal itu merupakan waktu pertama kalinya diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia yang diselenggarakan di Jogjakarta pada 22 Desember 1928.
[caption caption="Gambar Peringatan Hari Perempuan Internasional oleh Facebook (Sumber: Facebook.com)"]
Nah, bagaimana dengan Hari Perempuan Internasional? Mau tidak mau saya harus belajar dan mencari tahu dengan bertanya kepada Mbah Google. Hasilnya, akan coba saya ulas dalam tulisan di bawah ini.
Sejarah Lahirnya Hari Perempuan Internasional
Lahirnya Hari Perempuan Internasional tidak terlepas pada peristiwa yang terjadi 99 tahun silam, tepatnya pada 8 Maret 1917. Pada waktu itu kaum perempuan di Rusia untuk pertama kalinya diberikan hak suaranya oleh Pemerintah Rusia. Peristiwa ini dianggap sebagai sebuah keberhasilan bagi kaum perempuan, baik dalam bidang ekonomi, politik maupun sosial. Momen bahagia tersebut lantas dijadikan sebagai tonggak sejarah lahirnya Hari Perempuan Internasional.
Menurut informasi yang saya kutip dari sebuah situs di internet, gagasan perayaan Hari Perempuan Internasional ini untuk pertama kalinya dicetuskan ketika memasuki abad ke-20, di tengah-tengah gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi yang menimbulkan protes-protes mengenai kondisi kerja. Kaum perempuan dari pabrik pakaian dan tekstil mengadakan protes pada 8 Maret 1857 di New York City. Mereka memprotes mengenai kondisi kerja yang sangat buruk dan tingkat gaji yang rendah. Para pengunjuk rasa ini diserang dan dibubarkan oleh polisi. Sekira dua tahun kemudian pada bulan yang sama mereka membentuk serikat buruh.
Peringatan Hari Perempuan Internasional di Barat dirayakan pada sekira tahun 1910-an dan 1920-an, tetapi kemudian menghilang. Perayaan ini dihidupkan kembali dengan bangkitnya feminisme pada tahun 1960-an. Kemudian pada 1975, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengakui keberadaan Hari Perempuan Internasional dan mengampanyekan wanita di seluruh dunia untuk ikut merayakannya.
Permasalahan Kaum Perempuan Belum Selesai
Lahirnya Hari Perempuan Internasional yang bertujuan mengangkat derajat kaum perempuan agar tidak diperlakukan secara layak dan tidak mendapat deskriminasi dari kaum laki-laki ternyata belum menyelesaikan persoalan. Masih banyak kaum perempuan yang tertindas di seluruh dunia. Salah satu contoh adalah Turki.
Seperti yang dilansir dari Kantor berita Antara, pada Minggu (6/3/2016) kemarin, anggota kepolisian Turki sempat menahan sedikitnya seorang perempuan dan menembakkan peluru karet untuk membubarkan ratusan massa yang berupaya memeringati Hari Perempuan Internasional di pusat Kota Istanbul. Mereka berunjuk rasa dan turun ke jalan dua hari menjelang peringatan dalam upaya untuk menarik lebih banyak pendukung. Mereka berusaha menarik perhatian masyarakat atas isu-isu mengenai perempuan di Turki yang menduduki rangking ke-77 dari 138 negara dengan indeks kesetaraan gender sebagaimana laporan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).
Kondisi di Indonesia tentu sedikit berbeda dengan Turni, tetapi persoalan kekerasan dalam rumah tangga, human traficking, diskriminasi, hingga pelecehan seksual sampai sekarang masih sering terjadi. Tentu saja ha tersebut membuat kaum perempuan Indonesia mencoba berjuang untuk membela kaumnya.
Tercatat beberapa nama tokoh perempuan Indonesia yang begitu vocal menyuarakan kaumnya, seperti misalnya Toety Heraty. Doktor Filsafat lulusan Universitas Indonesia ini dianggap sebagai salah satu pemikir feminis generasi pertama di Indonesia. Perempuan cerdas ini banyak menulis pemikiran tentang perempuan dan menuangkannya dalam beberapa karya fiksinya.
Selain itu ada juga perempuan bernama Ayu Utami. Perempuan ini merupakan salah satu sastrawan muda yang banyak membicarakan persoalan perempuan melalui karya fiksinya, sehingga menjadi trend. Karyanya telah menginspirasi penulis lainnya untuk tidak lagi tabu memandang persoalan perempuan.
Satu lagi perempuan handal yang suaranya begitu lantang dalam menyuarakan kaumnya yaitu Ratna Sarumpaet. Siapa yang tidak kenal dengan perempuan yang satu ini. Dia sangat vokal terhadap berbagai permasalahan yang menimpa kaumnya. Naskah drama “Marsinah: Nyanyian dari Bawah tanah” menjadi karya pertamanya yang lahir dan terjun langsung mencari duduk perkara yang jelas tentang kasus pembunuhan Marsinah - seorang buruh kecil yang tewas ditembak kemaluannya hanya karena dia menuntut kenaikan upah Rp500 saja.
Mimpi Kaum Perempuan via Youtube
Tidak mau kalah dengan Facebook dan Google, situs Youtube yang dikenal sebagai tempat menyimpan video terbesar di dunia pun ambil bagian dalam merayakan International Women’s Day di Indonesia dengan mengambil tajuk “#OneDayIWill in Jakarta: International Women's Day 2016 // Hari Perempuan Internasional 2016”.
[caption caption="Video tayangan mimpi perempuan Indonesia di Youtube (sumber: youtobe.com) "]
Dalam video yang berdurasi 1 menit 25 detik itu GoogleIndonesia menampilkan beberapa sosok perempuan Indonesia yang berbicara mengenai mimpinya dengan latar belakang tugu Monas. Beberapa di antara mereka yang mengutarakan mimpinya lewat video resmi Youtube Indonesia itu mengatakan:
“Suatu hari nanti saya akan menjadi salah satu wartawan dan aktor paling berpengaruh di Indonesia”.
“Suatu hari nanti saya ingin membuat aplikasi berbasis teknologi supaya semua orang bisa belajar tanpa website”.
“ Suatu hari nanti saya akan mempunyai komuniti Kitchen yang akan menjangkau daerah-daerah rawan kelaparan untuk memberi makan tanpa membedakan warna kulit, ras, suku, agama, atapun jenis kelamin mereka”.
Semoga semua mimpi kaum perempuan Indonesia bisa tercapai. Selamat Hari Perempuan Internasional
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H