Ramadhan, Kita sebagai umat muslim tentunya sering mendengar ceramah yang disampaikan oleh para dai dan ulama dengan pembahasan tertentu.Â
Semenjak memasuki bulanHal ini merupakan kesempatan untuk mengambil hikmah apa yang disampaikan oleh beliau, maka sungguh rugi jika hal itu dilewatkan begitu saja.Â
Betapa banyak orang-orang yang ingin mendengar ceramah tapi belum diizinkan oleh Allah SWT karena terkendala beberapa halangan contohnya sakit, maupun udah takdirnya ia menghadap kepada Allah SWT.Â
Maka syukurilah apa yang kita nikmati untuk bertakwa kepada Allah SWT, karena kita sebagai manusia tidak akan pernah mengetahui sampai mana batas usia kita  dalam menjalani kehidupan dunia ini.Â
Berbicara mengenai retorika adalah hal penting untuk diketahui sebagai muballigh untuk  bagaimana ia mengutarakan pesan-pesan kepada para pendengar agar mereka bisa memahaminya.Â
Retorika dakwah merupakan seni bicara atau gaya bahasa seorang da'i untuk mempengaruhi orang lain melalui pesan dakwah atau seni berbicara dalam menyampaikan ajaran Islam dengan benar untuk mencapai kebenaran sesuai dengan tuntunan AlQur'an dan Al-Hadits. Â Seorang dai itu memiliki gaya berbicara berbeda-beda.Â
Ada banyak bumbunya, ada sedikit bumbunya dan adapula yang tidak ada bumbunya karena hal yang terpenting dalam dakwah adalah bagaimana kita bisa memberikan pemahaman kepada jamaah.Â
Kesuksesan seorang dai dalam berdakwah lebih banyak  ditentukan oleh kemampuan retorika yang dimiliki oleh dai tersebut. Retorika dapat dikatakan sebagai alat dan saran untuk mencapai tujuan dakwah.Â
Dengan kata lain keberhasilan dan kegagalan dai dalam berdakwah tergantung pada retorika dakwahnya. Unsur yang paling penting dalam retorika adalah bahasa, yaitu bahasa yang dikuasai dan mudah dicernah oleh audiens.Â
Pemilihan jenis bahasa yang disampaikan oleh dai itu tergantung dengan kondisi atau kebahasaan sehari-hari mereka gunakan. Selain dari itu, perlu kita kita garisbawahi dalam berdakwah adalah kepekaan.Â
Seorang dai harus melihat siapa yang akan hadir untuk mendengar hikmah kita, apakah masyarakat itu termasuk golongan pendidikan tinggi atau bukan.Â
Jika audiens kita tidak memiliki latar belakang pendidikan, maka gunakanlah bahasa yang ringan agar mudah dipahami oleh mereka dan lakukanlah bagaimana perhatian mereka bisa tertarik kepada kita sebagai seorang dai agar bisa memberikan kesan yang menyenangkan.Â
Banyak muballigh berdakwah kepada masyarakat tapi mereka asal menyampaikan saja, tidak memerhatikan audiens asal pesan itu tersampaikan. Ada juga dai memberikan jokes yang berlebihan asal perhatian masyarakat bisa teralihkan seolah-olah dijadikan panggung stand up comedy.Â
Maka contoh diatas memilki retorika yang sangat rendah mengapa? karena ia tidak memerhatikan tujuan dan manfaat yang bisa dipetik agar audiens mudah mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Â Memang jokes itu bisa digunakan tapi jangan lupa inti dan tujuan kita dalam berdakwah agar audiens bisa mengenal islam dengan mudah.
Baca juga artikel sebelumnya: Semiotika Ramadhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H