Mohon tunggu...
Jumardin Muchtar
Jumardin Muchtar Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti / Dosen di Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris, Samarinda

Info contact instagram @jumardinmuchtar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seuntai Nama yang Terukir di Dalam Doa

10 Oktober 2021   14:50 Diperbarui: 10 Oktober 2021   14:56 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada satu cerita legenda jepang tentang tradisi membuang orang yang sudah tua di gunung. Entah cerita ini benar atau tidak terjadi di masa lalu yaitu Ubasuteyama menjadi salah satu kisah yang sangat populer di Jepang.  

Ubasuteyama adalah tradisi membuang kerabat atau anggota keluarga yang sakit atau lanjut usia ke tempat terpencil untuk mati. Secara harfiah, Ubasute sendiri berati "pembuangan." 

Dalam kisah masyarakat Jepang zaman dulu, ubasute berati membuang orang tua. Tradisi mengerikan ini dilakukan di hutan, tepatnya di kaki Gunung Fuji, yakni di Hutan Aokigahara yang dikenal juga sebagai hutan bunuh diri masyarakat Jepang.  

Kisah diawali dengan seorang anak melihat ibunya sudah sangat tua dan tak berdaya lagi, ia memutuskan mengikuti tradisi tersebut hanya untuk membuangnya, anak tersebut menggendong ibunya dan membawanya pergi di tengah hutan, ia menempuh perjalanan kurang lebih 100 meter, disetiap perjalanannya sang ibu mencabut ranting pohon dan membuat tanda agar tidak tersesat ketika nantinya ingin pulang. 

Sesampainya ditengah hutan sang anak melepaskannya dan mengucapkan tanda perpisahan, tak lama kemudian sang ibu berkata: "Wahai anakku izinkan aku memelukmu sebagai tanda perpisahan diantara kita berdua, dan ibu masih menyayangimu, kasih sayangku kepadamu tidak pernah berubah hingga sekarang, jika kamu ingin pulang kerumah ikutilah ranting yang ibu sudah menandainya agar engkau tidak tersesat dan bisa selamat sampai dirumah itu bukti kecintaan ibu kepada mu selama ini". 

Lalu sang anak menangis dengan keras dan menyadari semuanya dan ia berkata "Maafkan aku ibu", tak lama kemudian ia membawanya kembali kerumah dan merawatnya dengan baik. 

Mudah-mudahan dari cerita tersebut dapat kita mengambil hikmah didalamnya agar kita bisa berbakti kepada keduaorangtua karna Meskipun kita memberikan harta dan kebahagiaan berifat duniawi itu tak ada artinya dimata Tuhan ketimbang pengorbanan mereka kepada kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun