Mohon tunggu...
Juman Rofarif
Juman Rofarif Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya Juman Rofarif

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antologi Status [1]

17 Januari 2011   05:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:29 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada pelajaran tentang rindu. Ia datang dari hati, semaunya. Dan, pulang entah ke mana, semaunya. [11 September 2009/16:24 WIB]

Dan, seperti sembayang jamaah itu: kebersamaan yang seragam hanya tampak di permukaan. Sebab, yang ada dalam setiap diri adalah semata kesendirian yang hening, kesunyian yang mendaulat jiwa. [13 September 2009/05:42 WIB]

Yang baik, sampaikan dengan kata. Yang buruk, simpan dalam rasa. [05 September 2009/01:35]

Kekasih, saat wajahku tak lagi rupawan, kelak, kata-kataku justru semakin menawan. Sebab, oleh waktu, kata-kataku diasah. Sementara, kepada waktu, wajah ini hanya pasrah. Kekasih, pada kelak itu, kau akan ingat ini, doaku ini. [07 September 2009/00:07 WIB]

Memulai pagi dengan pikiran sederhana, dan itu benar-benar sederhana: jika kau benar-benar baik, orang akan menyayangimu. dan jika tetap ada yang membencimu, yakinlah, pembencimu itu bukan orang baik. [08 September 2009/08:22 WIB]

Saat cinta bersasmita bahwa kau hadirku, kutahu ada-mu di segala mana. Kusapa engkau tanpa kata, kutatap engkau tanpa mata. [12 September 2009/04:13 WIB]

Jika tiba-tiba ada orang yang menyatakan ketidaksukaan secara pribadi tanpa alasan, perlu dikasihanilah orang itu. Sebab, dia berpeluang jadi orang ‘sakit’. Dia gelisah sendiri dengan prasangka-prasangkanya, sementara, orang yang dia maksud tetap asyik-asyik saja. [15 September 2009/04:42 WIB]

Dan, setelah halilintar yang berayun di antara kelam mendung hitam, kau bisa berharap hujan, tentang airnya yang menyejukkan. Lalu, setelah hujan, kau bisa mengharap pelangi, tentang warna-warninya yang indah di mata. Adapun setelah pelangi, tidak ada harapan kecuali wajahmu telah cerah, secerah langit seusai mementaskan pagelarannya.

Kau perlu tahu, selingkuhanmu itu bukan orang baik dan kau tidak akan bahagia bersamanya, meski kau sumpah mati menilai sebaliknya. Sebab, jika orang baik, tentu dia tidak akan mendapatkanmu dengan cara yang tidak baik. Jika kelak kau menyesal, di dada siapa kau akan merebahkan kepala dan kautumpahkan air mata. Sebab, saat itu, tentu aku tidak akan menerima kehadiranmu lagi, sama sekali

Seperti pedagang yang selalu mengharap keuntungan dari dagangannya, seperti budak yang selalu takut dengan majikannya, seperti robot tak berjiwa, yang bergerak tanpa penghayatan, atau seperti seorang arif yang saat kepala dan lutut segaris, tak ada yang terpikir kecuali kesadaran diri akan kebijaksanaan yang tak terbatas… siapakah kita di hadapan Tuhan? [29 Agustus 2009/05:39 WIB]

Kau perlu banting tulang mencari ‘b’, berkeringat mendapatkan ‘e’, sekuat tenaga menggali ‘r’, berpikir menyusun ‘h’, jeli mengais ‘a’, susah payah merangkai ‘s’, bersungguh-sungguh membangun ‘i’, dan mengerahkan daya mewujudkan ‘l’. Sebab, BERHASIL bukanlah kau berdoa sebelum tidur, lalu, tiba-tiba ia telah berdiri di depan pintu rumahmu, esok harinya. [02 September 2009/00:19 WIB]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun