Siapa yang tidak mengenal Pythagoras?
Pythagoras of Samos adalah seorang filsuf yunani lonia kuno dan pendiri eponymous dari pythagoreanisme. Beliau lahir pada tahun 570 SM di pulau Samos dan wafat pada usia 75 tahun (495 SM). Pulau samos sendiri merupakan suatu pulau di Yunani yang terletak di bagian selatan, tepatnya di Region Aegea Utara. Pulau ini memiliki luas wilayah sekitar 477,4 km2.
Apabila berbincang tentang pyhtagoras, yang pertama kali terlintas dalam pikiran kita tentulah teorema pythagorasnya. Beliau dikenal dunia karena dugaan penemuan matematikanya. Teorema pythagoras tersebut menyatakan bahwa "dalam segitiga siku-siku, kuadrat sisi miringnya sama (dengan jumlah) kuadrat dari dua sisi lainnya- yaitu: a2 + b2 = c2.
Dalam penemuannya ini, apabila kita tarik kesemipulan dari sudut pandang yang berbeda maka teori pythagoras sama hal tiga sudut yang saling bertemu dan berkaitan satu sama lainnya. Dapat kita logaritmakan seperti kehidupan sehari-hari ketika kita hendak menginginkan sesuatu. Setidaknya ada 3 dasar yang sangat utama dalam membantu pencapaikan kita. Rumus pythagoras apabila kita tarik ke dalam kehidupan sehari-hari akan kita dapati juga 3 inti yang menjadikan seseorang manusia berhasil dalam pencapaiannya menginginkan sesuatu yang baik. Dapat saudara lihat bentuk lain dari segitiga siku-siku yang dapat kita logikakan seperti berikut:
Dalam menginginkan sesuatu atau sedang mengejar suatu goal di kehidupan ini, ada 3 pilar yang menjadi keyakinan kita saat mencapainya, yaitu; keyakinan kepada Allah, meminta restu kedua orang, dan diikuti dengan usaha diri sendiri. Ketiga ini membentuk segitiga yang sempurna dengan Allah subhanahu wa ta`ala berada di puncak, kemudian orang tua menduduki posisi kedua, lalu usaha diri sendiri menjadi penyanggahnya. Jika diamalkan hanya satu dari ketiga ini, hal yang sudah kita usahakan akan menjadi sia-sia.
1.Doa dan keyakinan kepada Allah subhanahu wa ta`ala
"di setiap udara yang kau temukan, di sana akan kau jumpai Allah yang senantiasa mendengar doamu" -- Asma Nadia
"sebab hidup ini adalah ibadah kepada Allah, maka tugas kehambaan kita adala mengemudi hati menuju-Nya" -- Salim Akhukum Fillah
Iman kepada Allah adalah rukun iman yang pertama. Keyakinan kepada Allah menjadi hakikat keimanan tertinggi dalam Islam. Sesuai dengan asmaul husna yang ke-36, al-Aliyy yang berarti Yang Maha Tinggi. Bila kita bisa memaknai dan menerapkan sifat Allah ini dalam kehidupan artinya kita meyakini bahwa Allah adalah yang paling tinggi derajat dan kedudukannya. Keyakinan bahwa Allah sebaik-baik planner of life akan menghadirkan ketenangan kepada hati yang teguh dan yakin sepenuhnya terhadap takdir Allah Swt..
Nabi Muhammad Saw. telah mengatakan kepada ummatnya bahwa Allah Swt. sesuai dengan prasangka hamba-Nya, sebagaimana sabda Rasullullah: "Nabi Muhammad mengabarkan bahwa Allah berfirman, "Aku sesuai prasangkaan baik hamba-Ku. Maka hendaklah ia berprasangka kepada-Ku sebagaimana ia mau" (HR. Ahmad).
Dari hadits ini, maka dapat kita ambil ibrah bahwa apabila menginginkan sesuatu atau sedang mengusahakan sesuatu, yakinlah kepada Allah dengan keyakinan yang baik dan benar bahwa Allah Swt. akan mengatasi segala kesulitan yang kita alami, karena ketika kita melibatkan segala urusan kepada Allah di waktu yang bersamaan Allah Swt. membantu hamba-Nya yang berprasangka baik pada-Nya.Â
Sejatinya, hati yang bergantung kepada Allah Swt. akan terhindar dari rasa kecewa dan kekhawatiran yang berlebihan.
Allah juga telah menyinggung di dalam al-Qur`an bahwa Allah Swt. tidak akan mungkin membebani seorang hamba di luar dari batas kemampuannya. Hal ini tertuang dalam surah al-Baqarah ayat 286 sebagai berikut:
Allah sangat mencintai hamba-Nya yang bergantung hanya kepada-Nya. Nabi Muhammad juga menyampaikan bahwa Allah tidak ingin hamba-Nya berada pada kesesatan dengan berharap pada selain-Nya. Setiap doa yang terucap atau bahkan yang tertutur, Allah sudah mengetahuinya. Allah Sang Penguasa, mustahil memiliki sifat buta dan tuli. Setiap doa akan sampai kepada-Nya dan Allah pasti akan menjawab doa tersebut di waktu yang tepat menurut-Nya. Tugas kita hanyalah berharap dan terus berdoa dengan ikhlas kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surah al Mukmin ayat 60:
Artinya: "Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya"
2.Doa dan ridha orang tua
Tingkatkan kedua dalam kehidupan ialah mengharapkan doa dan ridha kedua orang tua. Ibu yang sudah mengandung dan melahirkan, serta ayah yang memenuhi kebutuhan dan bekerja keras menafkahi keluarganya. Apapun yang hendak kita lakukan sebaiknya sudah mendapat persetujuan orang tua. Jadikanlah izin dan ridha orang tua sebagai sesuatu yang keramat dan menjadi pendukung akhir dalam sebuah keputusan yang kita ambil. Sama halnya, jika kita menginginkan sesuatu atau sedang mengusahakan sesuatu, beritahu orang tua dan mintalah ridha agar didoakan beliau. Dalam hadits riwayat Imam Abu Dawud dalam buku "Malaikat itu bernama ibu" karangan Mohammad Taufik, bahwasanya Rasul bersabda: 3 doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang berpergian (safar), dan doa orang yang terdzalimi. (HR. Abu Dawud).
Dari hadits di atas, jelaskan dan yakinilah di dalam hati bahwa birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) adalah suatu keharusan karena sebanyak apapun kita mencoba mengganti dan menandingi pengorbanaan orang tua, tidak akan pernah bisa menebusnya. Mintalah doa dan ridha orang tua setiap perjalanan hidup kita, setiap usaha yang kita lakukan, setiap harapan yang ingin kita wujudkan, setiap cita-cita yang ingin kita capai. Sertakan orang tua di dalam proses hidup kita. Apabila ridha orang tua, maka Allah pun akan ridha kepada kita. Namun sebaliknya, apabila murka orang tua kepada kita, maka murka pulalah Allah kepada kita, naudzubillah.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad berikut:
"Ridha Allah ada pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan orang tua."
Oleh sebab itu, dalam berkehidupan di dunia ini tegaskan keyakinan dalam hati bahwa Allah adalah dzat yang Maha Tinggi dan yang patut disembah. Memohonlah kepada Allah untuk segala sesuatu dan libatkan Allah untuk segala bentuk kebahagiaan maupun kesedihan kita. Begitupun orang tua, ceritakan keluh kesah kita untuk mengharapkan ridha dan doa kedua orang tua. Alangkah indahnya hidup jika kita berpegang teguh pada laailahaillallah dan meletakkan kedudukan orang tua tetap di posisi mereka yang menjadi pengaruh besar atas kesuskesan kita.Â
Sebabnya, orang tua adalah mereka yang menginginkan kebaikan untuk anak-anak mereka, yang merasa tidak tenang jika anaknya jauh dari pandangan mereka, yang merasa tidak akan mudah ikhlas menerima kenyataan jika ternyata anaknya sudah tumbuh semakin dewasa.Â
Berbaktilah kepada kedua orang tua. Surga seorang anak berada di bawah telapak kaki ibu. Senangi hati ibu dan bapak itu dengan kabar dan cerita yang baik-baik. Sejatinya, tanpa kita mintai doa, nama kita akan tetap berada di dalam pikiran dan doa kedua orang tua tanpa kita ketahui. Mereka tidak pernah mengharapkan kembali dari apa yang mereka beri. Mereka hanya menginginkan kebahagian atas hidup kita. Oleh karena itu, marilah kita menjadi anak yang berbakti, melakukan kebaikan-kebaikan, dan menjadi anak yang sholeh sholehah yang mendoakan kebaikan untuk kedua orang tua.
3.Doa dan usaha dari diri sendiri
Setelah memohon ampun dan meletakkan harapan hanya kepada Allah, sudah meminta ridha dan didoakan kepada orang tua, hal yang perlu kita persiapkan selanjutnya adalah usaha dari diri sendiri. Sebabnya, akan menjadi hal yang sia-sia apabila kita hanya berdoa kepada Allah dan minta didoakan orang tua, tetapi dari kita tidak disertai usaha sama sekali. Allah menjanjikan perubahan dan pengqabulan doa apabila hambanya memang telah melakukan usaha dan berdoa. Jelas sekali Allah maktubkan di dalam al-Qur`an surah ar-Rad ayat 11:
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan pada diri mereka sendiri."
Ayat di atas menegaskan bahwa apabila seseorang menginginkan sesuatu terjadi di dalam kehidupannya atau mengharapkan perubahan, maka hal yang perlu ia lakukan adalah harus melakukan usaha secara nyata dan berikhtiar (usaha lahiriah).Â
Berusaha atau berikhtiar adalah hal yang diharuskan dan akan dicatat sebagai amalan yang bernilai ibadah. Bonusnya adalah seseorang yang sudah melakukan usaha atau berikhtiar akan mendapatkan apa yang mereka inginkan selama proses yang dilalui hal-hal yang baik dan positif, serta diridhai oleh Allah.
Di dalam ayat lain Allah juga memberikan kabar gembira atas apa yang sudah diusahakan oleh seorang hamba, mereka akan mendapatkan apa yang mereka kerjakan. Tidak ada hal yang sia-sia di hadapan Allah selagi hal tersebut adalah amalan yang baik-baik. Hal tersebut tertera di dalam al-Qur`an surah ali Imran ayat 195:
Artinya: "Lalu Tuhan mereka mengabulkan doa mereka: 'Aku tidak menyia-nyiakan pekerjaan orang yang bekerja di kalanganmu, baik laku-laki maupun perempuan ...'."
Sahabat muslim, apabila sudah berdoa dan meminta restu orang tua, serta diiringi dengan usaha, maka lengkaplah ikhitar kita. Ketika ketiga ini sudah kita lakukan, maka nyatalah rumus pyhtagos kehidupan kita jalani. Jadikanlah Allah, orang tua, dan diri kita sendiri pelaku dalam cerita kehidupan kita, pelaku sukses dunia dan akhirat agar kehidupan lebih damai dan tenang. Oleh sebab itu, marilah kita amalkan rumus pythagoras ini ke dalam kehidupan agar datang kebaikan-kebaikan dari sisi mana saja.Â
Dan, ingatkan juga saudara-saudara kita akan pentingnya bergantung kepada Allah, meminta restu orang tua, dan usaha yang maksimal. Setelah semua kita lakukan, insya allah akan ada jawaban dari Allah atas ikhtiar yang kita lakukan. Aamiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H