Mohon tunggu...
Juli Prasetya
Juli Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Pemuda desa tampan dan sederhana yang mencintai dunia literasi, sastra, sejarah, komunikasi, sosial dan budaya.

Pemuda desa tampan dan sederhana yang mencintai dunia literasi, sastra, sejarah, komunikasi, sosial dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dekonstruksi Ikhlas

30 Mei 2019   21:25 Diperbarui: 4 Juni 2019   09:09 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di dalam KBBI ikhlas diartikan sebagai bersih hati ; tulus hati. Bagi sebagian masyarakat,  ikhlas secara bebas dimaknai sebagai sikap kerelaan, menerima, tanpa pamrih, dan tak harap kembali.

Jika cinta ditolak dan tak berbalas ya sudah diikhlaskan saja, mungkin dia ngga cinta, daripada dipaksakan nanti sakit. Jika hutang teman lama ngga dibayar-bayar, terus pas diingetin malah dia yang marah, ya sudah diikhlaskan saja, mungkin dia sengaja lupa.

Atau ketika ada teman yang sengaja nikung gebetan kita dengan tajamnya, ya sudah ikhlaskan saja, mungkin dia lebih membutuhkan, karena sudah begitu lama dirajam kesepian. Jangan malah ngamuk kaya pencari sumbangan kemaren-kemaren di sono itu, yang ga terima dikasih sumbangan seribu. Pfffft.

Sebagaimana dikutip dari Ali Maruf dalam Magnum Opusnya, "Perihal Ikhlas Kita Semua Pemula" maka ikhlas sangat mudah dikatakan namun sulit untuk dilakukan, karena kita semua pemula. Kita bisa berjamaah bilang ikhlas,  tapi tak bisa melakukannya dengan konsisten dan bertanggung jawab.  Sebagaimana pepatah lama mengatakan bahwa Ikhlas kuwe enteng ing lambe, abot ing laku.

Kalau kita tarik konteksnya ke pesroalan cinta, cinta paling ikhlas sebenarnya bisa kita lihat pada diri seorang ibu, ibu memiliki hati dengan kasih sayang dan cinta yang mambrah-mambrah kepada anaknya,  tentu saja  sudah tercermin sebagian kualitas ikhlas paripurna di sana. Tapi kali ini saya tidak akan membahas kasih ibu kepada beta, tapi akan mendekonstruksi makna ikhlas itu sendiri.

Ikhlas berasal dari kata khalasa-yukhlisu-ikhlas, kata tersebut dapat diartikan bersih, murni, jernih. Dalam konteks agama, ikhlas disebut-sebut sebagai kualitas tertinggi kemurnian hati, dan kualitas keimanan seseorang. Dengan syarat segala yang dikerjakan diniatkan karena Allah dan hanya untuk Allah semata.

Ada yang mengatakan bahwa ikhlas adalah urusan niat, urusan hati dan tidak terlihat. Sedangkan tidak ikhlas bisa terlihat. Ikhlas sudah final maknanya dan tidak ikhlas masih bisa diuji dan dikembangkan pengetahuan tentangnya.

Namun bagi saya sendiri bahwa persoalan ikhlas dan tidak ikhlas adalah persoalan hati, karena keduanya persoalan hati otomatis keduanya tidak terlihat. Khusus untuk defenisi ikhlas sendiri saya menyatakan bahwa ikhlas tak terdefinisi, karena kalau terdefinisi maka nanti jadi terlihat, dan maknanya jadi bukan ikhlas itu sendiri.

Defenisi ikhlas dan tidak ikhlas sebenarnya dibuat untuk mempermudah pemahaman manusia. Tapi kembali lagi bahwa bagi saya sendiri ikhlas itu tak terdefinisi, karena kalau ia terdefinisi maka jadi tidak ikhlas karena terdefinisi.

Nah kalu tidak ikhlas bagi saya juga urusan hati dan tidak terlihat, ia tidak bisa dilihat hanya karena mengeluh melakukan sesuatu maka otomatis tidak ikhlas, dan tidak mengeluh maka otomatis ikhlas. Itu belum tentu, semua masih kemungkinan, dan belum final. Nah inilah yang saya maksud dekosntruksi ikhlas. Maknanya tidak ada yang final, semua masih ditunda.

Maka jika kita tarik kembali kepada asal kata atau genealogis dari kata ikhlas itu sendiri yakni dari khalasa-yukhlisu-ikhlas yang artinya bersih, murni, jernih.  Maka saya artikan ia bersih, murni, dan jernih dari segala yang berkepetingan ingin mendefinisikannya.  

Kalau ikhlas dan tidak ikhlas itu terlihat, maka itu mungkin bisa disebut atau dilihat dari ciri-cirinya, seperti mengeluh atau tidak mengeluh tadi. Dan harus kita ingat, bahwa ciri-ciri itu bukan ikhlas atau tidak ikhlas itu sendiri. Ciri-ciri adalah sesuatu yang melekat pada sesuatu. Agak berat memang memahaminya. Ciri adalah apa yang terlihat dan terjelaskan mengenai sesuatu, tapi ciri adalah bukan sesuatu itu sendiri.

Maka saya memberikan tesis yang sebenarnya sudah umum di kalangan masyarakat, bahwa persoalan ikhlas dan tidak ikhlas adalah urusan hati, dan yang tahu seseorang itu ikhlas dan tidak ikhlas adalah dirinya sendiri dengan Tuhannya. Orang lain tidak bisa menilai dia ikhlas atau tidak, itu bukan dimensinya. Yang orang lain bisa lihat adalah ciri-cirinya, dan ciri ini juga masih kemungkinan. Jadi ketika kita menerima dan memberi sesuatu kita tidak usah menilai ini ikhlas atau tidak. Tapi diniatkan semuanya karena dan hanya untuk Allah. Ini yang mungkin benar-benar benar.

Lah terus tulisan ini juga kan mendefinisikan Ikhlas itu sendiri, " ikhlas itu tidak terdefinisikan" ini kan definisi? Iya sih, tapi setidaknya saya kan sudah memulai dengan mengatakan bahwa ikhlas itu tak terdefinisi, untuk memperluas perspektif dan sudut pandang baru. Lah kamu? Masih sayang aja sama dia yang sudah nyia-nyiain kamu dan ninggalin kamu dengan sekali hempas sambil bilang "Kita Putus" , Pfffft betapa ringkihnya cintamu nak.

Selamat menunaikan ibadah sahur, puasa, dan berbuka. Semoga Ramadan kali ini kita semua bisa menjadi insan kamil yang terus bertahap menjadi lebih baik, dan terus mendekat kepada Allah. Semoga puasanya lancar, berbuka puasanya juga tidak hanya  dengan yang manis, tapi juga setia. Karena percuma berbuka dengan manis, kalau tidak setia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun