Mohon tunggu...
Juli Prasetya
Juli Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Pemuda desa tampan dan sederhana yang mencintai dunia literasi, sastra, sejarah, komunikasi, sosial dan budaya.

Pemuda desa tampan dan sederhana yang mencintai dunia literasi, sastra, sejarah, komunikasi, sosial dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dekonstruksi Ikhlas

30 Mei 2019   21:25 Diperbarui: 4 Juni 2019   09:09 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau ikhlas dan tidak ikhlas itu terlihat, maka itu mungkin bisa disebut atau dilihat dari ciri-cirinya, seperti mengeluh atau tidak mengeluh tadi. Dan harus kita ingat, bahwa ciri-ciri itu bukan ikhlas atau tidak ikhlas itu sendiri. Ciri-ciri adalah sesuatu yang melekat pada sesuatu. Agak berat memang memahaminya. Ciri adalah apa yang terlihat dan terjelaskan mengenai sesuatu, tapi ciri adalah bukan sesuatu itu sendiri.

Maka saya memberikan tesis yang sebenarnya sudah umum di kalangan masyarakat, bahwa persoalan ikhlas dan tidak ikhlas adalah urusan hati, dan yang tahu seseorang itu ikhlas dan tidak ikhlas adalah dirinya sendiri dengan Tuhannya. Orang lain tidak bisa menilai dia ikhlas atau tidak, itu bukan dimensinya. Yang orang lain bisa lihat adalah ciri-cirinya, dan ciri ini juga masih kemungkinan. Jadi ketika kita menerima dan memberi sesuatu kita tidak usah menilai ini ikhlas atau tidak. Tapi diniatkan semuanya karena dan hanya untuk Allah. Ini yang mungkin benar-benar benar.

Lah terus tulisan ini juga kan mendefinisikan Ikhlas itu sendiri, " ikhlas itu tidak terdefinisikan" ini kan definisi? Iya sih, tapi setidaknya saya kan sudah memulai dengan mengatakan bahwa ikhlas itu tak terdefinisi, untuk memperluas perspektif dan sudut pandang baru. Lah kamu? Masih sayang aja sama dia yang sudah nyia-nyiain kamu dan ninggalin kamu dengan sekali hempas sambil bilang "Kita Putus" , Pfffft betapa ringkihnya cintamu nak.

Selamat menunaikan ibadah sahur, puasa, dan berbuka. Semoga Ramadan kali ini kita semua bisa menjadi insan kamil yang terus bertahap menjadi lebih baik, dan terus mendekat kepada Allah. Semoga puasanya lancar, berbuka puasanya juga tidak hanya  dengan yang manis, tapi juga setia. Karena percuma berbuka dengan manis, kalau tidak setia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun