Mohon tunggu...
Julkhaidar Romadhon
Julkhaidar Romadhon Mohon Tunggu... Administrasi - Kandidat Doktor Pertanian UNSRI

Pengamat Pertanian Kandidat Doktor Ilmu Pertanian Universitas Sriwijaya. Http//:fokuspangan.wordpress.com Melihat sisi lain kebijakan pangan pemerintah secara objektif. Mengkritisi sekaligus menawarkan solusi demi kejayaan negeri.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Enam Aksi Praktis Sehari-hari Kurangi Emisi

22 Oktober 2021   06:39 Diperbarui: 22 Oktober 2021   06:49 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak dan  isteri saya sedang mandi di sungai, dokumentasi pribadi

Menurut tim Global Carbon Project, emisi karbon tahun 2020 turun 2,4 miliar ton atau turun sekitar 7 persen. Di seluruh Eropa dan Amerika Serikat, terjadi penurunan sekitar 12 persen, Perancis  15 persen,  Inggris 13 persen dan bahkan beberapa negara mencatat angka yang lebih besar sepanjang tahun.

Hasil penelitian internasional telah mengungkap bahwa pandemi Covid-19 yang membatasi pergerakan manusia yang dikenal dengan istilah "lockdown" telah berkontribusi besar mendorong penurunan emisi karbondioksida (CO2) di dunia. 

Dari penelitian tersebut saya baru menyadari bahwa aktivitas sehari-hari yang telah saya lakukan berkontribusi sedikit banyak terhadap kenaikan emisi gas rumah kaca di atmosfer.

Ternyata satu lembar kertas yang saya gunakan untuk kebutuhan pencetakan  telah menyumbang emisi karbon sekitar 226,8 gram CO2. Ah.. bisa dibayangkan jumlah carbon yang saya sumbang, mulai dari sekolah dasar sampai dengan kuliah. Berapa banyak kertas yang saya gunakan bertahun-tahun lamanya mulai dari buku tulis, mengerjakan makalah hingga tugas akhir. Semuanya tidak terlepas dari kertas.

Saya juga baru tahu ketika memakai mobil yang berbahan bakar bensin atau solar untuk perjalanan sejauh 1 km akan menghasilkan emisi sebanyak 200 gram CO2. Berapa km perjalanan yang sudah saya tempuh, bisa jadi ribuan kilometer perjalanan yang bisa dilihat dari speedometer. Ah.. bisa dibayangkan pula jumlah carbon yang sudah saya sumbang.

Saya juga baru sadar setiap penggunaan lampu dengan daya 10 Watt dan dinyalakan selama 1 jam, maka CO2 yang dihasilkan adalah 9,51 gram. Berapa banyak mungkin lampu di rumah yang tidak saya matikan ketika tidak menggunakan selama bertahun-tahun ini. Ah.. bisa dibayangkan kembali jumlah carbon yang sudah saya sumbang.

Pemanasan Global

Saya hanya tahu komposisi gas yang ada di atmosfer yang telah diajarkan para Guru di sekolah, gas tersebut adalah Oksigen (O2) sebanyak 20,95%, Karbondioksida (CO2) 0,034%, Nitrogen (N2) 78,08% serta gas-gas lain seperti Neon (Ne), Argon (Ar), Xenon (Xe), dan Kripton (Kr), Helium (He) dan Hidrogen (H2), Ozon (O3) dan Uap air (H2O).

Saya juga tahu gas Nitrogen dibutuhkan oleh senyawa organik, gas Oksigen dibutuhkan untuk menjaga lapisan ozon serta dibutuhkan oleh makhluk hidup dan gas karbondioksida (CO2) yang walaupun hanya kecil yaitu 0.034% namun dapat mengalami peningkatan konsentrasi dan berimbas pada suhu bumi yang dikenal dengan istilah efek rumah kaca.

Namun saya tidak mengetahui bahwa sebagian besar aktivitas saya membutuhkan sumber energi berasal dari bahan bakar fossil seperti: minyak bumi, gas alam dan batubara yang mana energi tersebut tidak terbarukan dan penyumbang emisi karbon terbesar sekitar 2/3 dari pemanasan global.

Apalagi efek rumah kaca yang berdasarkan kajian mampu meningkatkan suhu rata-rata di bumi 1-5 C dan diprediksi jika terus meningkat di tahun 2030 akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 C. Dampak peningkatan konsentrasi gas CO2 di atmosfer, tentu membuat semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Inilah yang menjadi penyebab suhu permukaan bumi menjadi meningkat atau lebih dikenal dengan istilah pemanasan global.

Saya baru menyadari bahwa telah sedikit banyak berkontribusi terhadap perubahan iklim ekstreem diberbagai belahan bumi. Dimana satu wilayah terjadi hujan yang terus menerus lalu dibarengi dengan badai angin hingga menyebabkan banjir sedangkan sisi yang lain ada wilayah mengalami kemarau panjang hingga sumber-sumber air masyarakat menjadi kering dan daerah pertanian menjadi gersang dan sulit untuk ditanami merupakan dampak dari pemanasan global.

Ya tuhan ternyata saya juga sudah menyumbang kerusakan selama ini terhadap alam ciptaan mu. Lalu apa yang bisa saya lakukan untuk menebus kesalahan selama ini? 

Aksi Nyata Kurangi Emisi

Dampak pemanasan global sebenarnya telah lama menjadi konsen penuh negara-negara di dunia. Mulai dari pertemuan di Rio De Jainero Brazil tahun 1992, Kyoto Jepang tahun 1997, Bali tahun 2007, Paris tahun 2015 hingga pertemuan Glasgow yang tertunda hingga November 2021. Tidak terkecuali negara kita Indonesia yang telah berkomitmen untuk mencapai Net-Zero Emissions (NZE) selambat-lambatnya tahun 2060 yang ditandai dengan dirilisnya peta jalan Indonesia menuju zero emission yaitu Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 yang memiliki porsi pembangkit energi terbarukan yang lebih besar.   

Diatas adalah aksi para Negara secara makro untuk mengurangi emisi rumah kaca. Namun ada beberapa cara yang paling mudah yang akan saya lakukan dan terus biasakan. Langkah ini juga mungkin sudah pernah kita lakukan selama ini, namun tidak menyadari secara pasti akan manfaatnya. Saya harap aksi ini mampu menebus kesalahan yang telah saya perbuat. Intinya saya akan mengurangi sumbangan karbon dioksida dari aktivitas yang saya lakukan sehari-hari. Kegiatan tersebut antara lain :

1. Memelihara dan menanam pohon.

Dengan menanam pohon, maka kita dapat mengurangi emisi gas karbon. Logika sederhananya, tumbuhan melakukan proses fotosintesis pada siang hari dimana menyimpan karbon dalam kayunya lalu merubahnya menjadi gas oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk bernafas. Itulah kenapa kalau siang hari kita merasa sejuk jika duduk-duduk di bawah pohon rindang. Namun hati-hati ya kalau kita duduk di malam hari, karena akan terjadi sebaliknya dimana malam hari menghisap oksigen dan melepaskan CO2. 

Jika masih memiliki tanah kosong yang tidak dimanfaatkan, tidak ada salahnya ditanami dengan pohon yang bisa dimanfaatkan. Namun, jika tidak memiliki pekarangan, kita dapat ikut gerakan komunitas cinta lingkungan seperti penghijauan dengan menanam seribu pohon. Jika keduanya tidak bisa, solusi lainnya adalah minimal tidak merusak pohon di sekitar kita yang sudah ada.

2. Menanam bunga dalam pot.

Kalau cara ini sudah lama dilakukan oleh kaum hawa. Apalagi pada masa pandemik korona sepertinya menanam bunga menjadi trend tidak terkecuali bagi istri saya. Hobi yang positif ini mampu mengurangi efek rumah kaca. Mekanismenya sama seperti pepohonan tadi yang menghisap karbon dioksida dan mengeluarkan menjadi oksigen.

3. Bersepeda

Kita tahu bersama bahwa knalpot pembakaran dari kendaraan bermotor mengeluarkan gas yang sangat berbahaya yaitu carbon monoksida dan carbon dioksida. Dengan kita bersepeda, otomatis kita tidak menyumbang emisi gas karbon ke atmosfer. Jika tidak memungkinkan bersepeda ke kantor karena jaraknya terlalu jauh, minimal gunakan untuk berbelanja ke supermarket terdekat.  

4. Mengurangi penggunaan kertas

Seharusnya pada zaman digitalisasi ini, penggunaan kertas sudah sangat sedikit. Namun faktanya banyak juga yang tetap mencetak dengan menggunakan kertas. Umumnya penggunaan kertas banyak digunakan pada anak sekolahan maupun kuliahan. Oleh karena itu, untuk mendukung Net Zero Emission biasakan menggunakan softcopy jangan hardcopy.

Begitupula para dosen maupun guru, biasakan memeriksa tugas mahasiswa melalui softfile. Alasan plagiat sebenarnya tidak menjadi alasan karena bisa dideteksi oleh software anti plagiat. Alternatif lain yaitu pencetakan dokumen secara bijaksana dengan menggunakan kertas pada dua sisi. Hal ini tentu akan sangat membantu memangkas emisi gas rumah kaca dari produksi kertas.

5. Bawa botol minum sendiri 

Cara mudah lainnya yaitu dengan membiasakan membawa botol air minum dari rumah yang sudah diisi dengan air. Dengan cara ini ketika haus kita tidak perlu membeli air kemasan, sehingga tidak menambah sampah. Bisa dibayangkan jika botol tersebut dibuang sembarang tempat. Botol minuman yang berserakan butuh waktu puluhan tahun untuk terurai.

6. Matikan lampu

Inilah cara yang paling mudah dan praktis untuk dilakukan di rumah masing-masing. Matikan lampu jika tidak digunakan, buka jendela dan pintu  untuk penerangan dari matahari.  Selain itu AC di rumah jika tidak digunakan sebaiknya dimatikan karena membutuhkan daya yang besar. Cabut colokkan TV, kipas angin maupun casan HP walaupun peralatan elektronik tersebut tidak menyala.

Kesadaran untuk mengurangi emisi gas rumah kaca harus dimulai dari diri saya sendiri. Kemudian perlahan-lahan gerakan ini ditularkan ke keluarga hingga ke lingkungan pergaulan terdekat. Apabila tindakan ini dilakukan secara berkelanjutan atau dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, tentu cita-cita menuju lingkungan masyarakat yang rendah karbon akan terwujud. Akhirnya, ayo sobat mulai sekarang kita terapkan enam langkah praktis sehari-hari tersebut untuk menuju negeri Net-Zero Emissions demi bumi yang lebih hijau dan asri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun