Ngeri rasanya kalau kita bicara krisis ekonomi. Cukup sudah krisis ekonomi tahun 1998 menjadi pelajaran dan jangan sampai terulang lagi. Perekonomian rusak, rakyat menjadi sengsara, harga kebutuhan pokok mahal, kelaparan, kemiskinan, bayi kurang gizi, pengungsi, Pemutusan Hubungan Kerja, pengangguran, kriminalitas, demonstrasi hinga penjarahan.
Masih baru diingatan kita, krisis ekonomi dan kemanusiaan yang melanda negara Venezuela. Keadaan Negara tersebut sangat mengkhawatirkan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan sebanyak 4 juta warga mengungsi ke negara tetangga, harga bahan makanan pokok selangit dan kebutuhan dasar menjadi langka di pasaran. Badan anak PBB (UNICEF), turut melaporkan sebanyak 3,2 juta anak di Venezuela atau satu dari tiga yang membutuhkan bantuan kemanusiaan bahkan angka kematian anak di bawah lima tahun di Venezuela meningkat dua kali lipat menjadi 31 per 1.000 pada 2017, lebih dari 550 kasus campak dan 190 kasus difteria.
Namun, krisis ekonomi akan nyata ketika dunia terkena wabah virus Covid-19. Tidak hanya di Negeri kita, tapi diseluruh negara di dunia. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa sebagian besar aktivitas ekonomi dunia akan menyusut bahkan menuju krisis keuangan global akibat wabah corona. Hal ini dikarenakan, Pemerintah di berbagai Negara telah menutup sebagian besar ekonomi nasional dalam upaya mengekang perluasan pandemi.
Bagi umat muslim, wabah penyakit layaknya corona seperti sekarang pernah terjadi di zaman Khalifah umar. Khalifah mengajarkan bagaimana kita harus hidup sederhana ditengah wabah. Ini artinya kita tidak perlu panik dengan cara memborong semua kebutuhan pokok dan menyetok segala barang di rumah. Jika kita tidak melakukan pemborongan maka akan membuat barang menjadi langka dan mahal. Selain itu jika tidak memborong artinya juga tidak perlu melakukan penarikan uang besar besaran di bank.
Coba bayangkan kalau perbuatan kita dilakukan semua orang dan dalam waktu bersamaan, tentu akan menambah cepat negara kita menuju jurang krisis ekonomi nasional.
Bahaya Rush Money
Rush Money adalah penarikan uang dari bank secara besar-besaran (massal). Dampak Rush Money akan menimbulkan kekacauan dalam sistem perbankan lantaran akan kekurangan uang yang bisa meyebabkan gejolak ekonomi. Bank Indonesia (BI) akan kewalahan dan tidak mungkin mendistribusikan uang dalam jumlah banyak pada waktu bersamaan.
Selain itu, Rush Money juga akan menimbulkan keresahan di masyarakat karena bank akan kesulitan memenuhi permintaan masyarakat yang begitu tinggi karena bank hanya mencadangkan 5 s.d 10% dana Cash saja dari total dana pihak ketiga, yaitu dana nasabahnya.
Rush Money di Indonesia sudah pernah terjadi ketika krisis moneter tahun 1997-1998, dimana Bank Central Asia (BCA) dihantam oleh nasabahnya yang secara tiba-tiba menarik uang mereka secara besar-besaran, hingga akhirnya BCA sempat kolaps dan harus mendapatkan suntikan dana segar dari pemerintah.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meyakini jika masyarakat peduli dengan kondisi perekonomian di Tanah Air, maka masyarakat akan menjaga dan tidak mudah dihasut untuk merusak negaranya sendiri. Aksi rush money yang disebarluaskan tersebut justru akan merusak ekonomi negara sehingga yang terkena dan menderita lebih dulu adalah masyarakat paling kecil dan masyarakat miskin.
Langkah mudah cegah krisis ekonomi
Sederhana dan Mudah, jika kita ingin berpartisipasi menjaga agar ekonomi negeri ini tetap tegak. Lalu bagaimana caranya? ada beberapa langkah mudah yang bisa diimplementasikan setiap orang yaitu:
Pertama, tidak termakan isu hoaks. Tidak dapat dipungkiri, akhir-akhir ini banyak berita bohong atau hoaks yang beredar ditengah-tengah masyarakat. Berita negatif tersebut bertujuan mengganggu agar kondisi perekonomian tanah air menjadi tidak stabil. Tidak hanya masyarakat biasa, orang-orang berpendidikan pun juga bisa termakan oleh isu negatif yang dihembuskan pihak-pihak tertentu. Berita hoaks jika terus menerus disebarkan akan berdampak pada kepanikan masyarakat dan keadaan inilah yang merupakan tujuan akhir penyebar hoaks .
Oleh karena itu, kita sebagai anggota masyarakat ketika mendapatkan berita negarif langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan crosschek terlebih dahulu dengan cara membuka internet. Selain itu, jangan lakukan komen dan membagikan berita tersebut ke jaring sosial yang lain. Selanjutnya laporkan berita hoaks tersebut ke Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Kedua, menarik tabungan sesuai kebutuhan. Ditengah situasi ekonomi yang tidak menentu akibat virus corona, tidak dapat dipungkiri membuat kebanyakan masyarakat panik. Fenomena antrian penarikan uang di bank dan atm bisa saja terjadi. Jika keadaan ini terus berlangsung tentu akan terjadi rush money dan berdampak secara langsung pada perekonomian nasional.
Oleh karena itu langkah bijak yang bisa kita lakukan adalah dengan tidak menarik uang secara berlebihan. Cukup mengambil uang sesuai kebutuhan saja dan jangan mengambil semuanya atau malah menutup tabungan tersebut. Jika kita sebagai masyarakat menarik uang sesuai kebutuhan maka pihak Bank tidak akan kewalahan dalam likuiditas sehingga perekonomian secara makro tidak akan terganggu.
Ketiga, tidak memborong segala jenis kebutuhan pokok. Dengan tidak memborong kebutuhan pokok, kita sudah menciptakan kondisi ekonomi yang stabil. Dengan memborong segala jenis kebutuhan pokok, maka barang akan menjadi langka sehingga akan mengakibatkan ketidakseimbangan antara permintaan dengan ketersediaan. Masyarakat yang melakukan “panic buying” justru akan membuat harga kebutuhan menjadi tinggi.
Dampak dari aksi borong justru akan membuat masyarakat dengan berpendapatan rendah yang menjadi korban. Ketika mereka ingin membeli kebutuhan pokok sehari-hari ternyata barang yang ada di pasaran menjadi lebih mahal dari biasanya. Jika keadaan seperti ini terus terjadi maka akan membuat melemahnya daya beli mereka dan sudah pasti masyarakat miskin akan bertambah.
Keempat, mencintai produk-produk buatan dalam negeri. Mencintai produk dalam negeri ditengah siatuasi ekonomi yang tak menentu haruslah diutamakan. Jika selama ini kita gemar mengkonsumsi produk-produk dari luar negeri, sebaiknya segera dihentikan. Disaat negeri ini mengalami pelemahan ekonomi, kita seharusnya mengutamakan produksi lokal. Dengan kita membeli produk lokal, maka akan terjadi perputaran uang di dalam negeri. Hal ini tidak akan terjadi jika kita mengkonsumsi produk impor karena aliran dana akan mengalir ke luar negeri, selain itu juga devisa Negara bisa terkuras untuk membiayainya. Kita harus ingat bahwa krisis ekonomi tahun 1998, pengusaha kecil atau UMKM lah yang mampu bertahan dan menyerap tenaga kerja lokal disaat perusahaan besar kolaps. Merekalah yang menjadi penopang perekonomian bangsa disaat krisis.
Dengan menggunakan produk lokal, maka para pengrajin dan pengusaha lokal akan bergairah untuk memproduksi barang. Tingginya permintaan produk lokal juga akan diimbangi dengan tingginya permintaan tenaga kerja. Masyarakat sekitar bisa diberdayakan sebagai pegawai dan pekerja lokal. Selain itu, bahan dasar untuk memproduksi juga berasal dari lokal. Dengan demikian maka perekonomian nasional akan terus berputar walaupun secara global ekonomi dunia mengalami tekanan.
Kelima, tidak berspekulasi dengan memborong dollar. Dengan melemahnya nilai rupiah tidak bisa dipungkiri masyarakat berspekulasi untuk membeli dollar AS. Nilai dollar AS yang cenderung stabil, membuat masyarakat tergiung untuk memborong dollar. Namun aksi memborong dollar justru akan melemahkan nilai mata uang rupiah.
Melemahnya nilai rupiah akan sangat berdampak terhadap perekonomian nasional secara keseluruhan. Bisa kita bayangkan ketika nilai rupiah melemah, maka hutang pemerintah dan swasta ketika jatuh tempo akang semakin membengkak. Selain itu juga, kebutuhan dalam negeri yang berasal dari impor juga akan semakin mahal. Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang baik jangan memanfaatkan situasi saat pandemi dengan melakukan spekulasi aksi borong dollar demi menjaga kestabilan perekonomian secara makro.
Keenam, tidak berspekulasi terhadap produk investasi. Tidak dapat dipungkiri jika keadaan ekonomi ditengah pandemik korona membuat orang ragu-ragu dalam berinvestasi. Orang yang memiliki aset investasi juga harap-harap cemas terhadap produk investasinya. Pada saat situasi pandemik korona, semua aset berisiko maupun safe haven dijual oleh para investor. Selain itu juga mata uang, obligasi dan saham di seluruh dunia sudah mulai dicairkan. Aksi jual besar-besaran terjadi di pasar-pasar saham sehingga semua aset berada dalam tekanan.
Keadaan diatas jika terjadi di Indonesia jelas sangat membahayakan terhadap perekonomian nasional. Oleh karena itu, masyarakat yang memiliki produk investasi di pasar saham jangan langsung berspekulasi dengan menjual semua produk investasinya. Selain itu masyarakat jangan juga mengalihkan produk investasi dengan mengalihkan ke investasi lain seperti memborong dollar AS. Jika hal ini dilakukan maka keadaan ini akan sama dengan keadaan perekonomian bangsa pada tahun 1998.
****
Sekali lagi, kita sebagai masayarakat Indonesia harus ingat dengan krisis ekonomi global tahun 1998 dan 2008. Krisis yang sudah membuat bangsa ini menjadi “trauma”. Krisis tersebut telah memporak porandakan perekonomian negara-negara dunia tidak terkecuali di negeri kita. Namun, krisis tersebut berhasil dilewati, bahkan perekonomian justru tumbuh dikarenakan strategi kebijakan yang tepat diambil pemerintah pada waktu itu.
Tentunya perekonomian Indonesia yang relatif stabil dan lebih tahan banting dalam menghadapi krisis global tidak hanya disebabkan tepatnya strategi kebijakan, namun karena andil yang lebih dari masyarakat. Pada waktu itu masyarakat berperan lebih demi menjaga roda perekonomian seperti menjual simpanan dollar dan mengkonsumsi produk lokal. Oleh karena itu, untuk mengatasi krisis global agar tidak membuat perekonomian bangsa menjadi terpuruk atau mengalami kontraksi maka dibutuhkan pengorbanan dan perjuangan yang lebih dari masyarakat. Kalau bukan masyarakat kita sendiri siapa lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H