Mohon tunggu...
julitapuspita
julitapuspita Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pend. Fisika

Here to express my hobby✨

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sisa Secangkir Kopi

12 Desember 2024   10:44 Diperbarui: 12 Desember 2024   10:44 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arya mengernyit. "Tugas apa?"

"Ngasih kamu teman bicara." Karina melangkah pergi sebelum Arya bisa bertanya lebih jauh.

Sambil menatap punggungnya, Arya merasa ada yang aneh. Dia memanggil pelayan untuk membayar kopi.

"Mas, cewek di sana tadi bayar pesanannya bareng kopi saya, kan?" tanya Arya.

Pelayan itu mengerutkan dahi. "Cewek mana, Mas? Dari tadi Bapak sendirian di meja ini."

Arya membeku. Dia memalingkan pandangan ke sudut kafe tempat Karina tadi duduk, tapi kursi itu kosong.

Malam itu, Arya pulang dengan kepala penuh pertanyaan dan hati yang sedikit lebih ringan. Mungkin Karina nyata, mungkin tidak. Tapi satu hal yang pasti, kehadirannya meninggalkan bekas.

Kadang, seseorang datang dalam hidup kita hanya untuk sesaat—cukup lama untuk mengingatkan bahwa kita tidak benar-benar sendirian, lalu pergi sebelum kita sempat mengucapkan terima kasih.

Dan itu tidak apa-apa. Karena pesan yang mereka bawa lebih berharga daripada kehadiran mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun