Mohon tunggu...
Julita Manurung
Julita Manurung Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Sistem Informasi Universitas STMIK Triguna Dharma

Saya hobi nonton, hobi makan. Pokoknya hobi yang membuat batin saya bahagia itu udah pasti.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Bukan Dilan 1990 [Part 2]

12 Juni 2019   10:47 Diperbarui: 15 Juni 2019   14:55 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwiw_IHk_-riAhVSC6wKHfdbBFcQjRx6BAgBEAU&url=%2Furl%3Fsa%3Di%26source%3Dimages%26cd%3D%26ved%3D%26url%3Dhttps%253A%252F%252Fdeskgram.net%252Fexplore%252Ftags%252Ffanartdilan%26psig%3DAOvVaw2YFT3sDNO2h21fBIKd3X-3%26ust%3D1560671198231596&psig=AOvVaw2YFT3sDNO2h21fBIKd3X-3&ust=1560671198231596

"Makasih ya, udah mau nganterin aku."

"Sama-sama. Oh iya mas, kalau bawa motor, jangan ngebut ya. Dan jangan sampai, masnya melanggar lampu lalu lintas,"ucap Dilan spontan.

"Kamu khawatirin aku?"

"Iya, aku takut kamu kenapa-kenapa nanti."

"Makasih ya Dilan."

"Sama-sama Salma. Aku ikutin dari belakang ya!"

"Gak usah ah, aku malu tahu!"

"Kalo mbak dan masnya ngobrol terus, mendingan enggak usah jadi naik ojek saya,"ucap si abang ojol dengan kesal.

"Lah, kok gitu sih mas! Kan aku ngobrolnya juga gak terlalu lama,"ucapku membela diri.

"Iyaudah, sekarang mbaknya masih mau ngobrol lagi?"

"Gak mas, kita jalan sekarang ya. Soalnya ini udah hampir jam 10 malam."

"Oke mbak. Mas, kita duluan ya,"ucap si abang ojol sambil menjalankan motornya.

Selama di perjalanan, aku dan si abang ojol saling bercerita. Dan di sela-sela pembicaraan, si abang ojol ini penasaran dengan Dilan, yang tadi terlalu menunjukkan perhatiannya kepadaku. 

"Mbak, tadi itu pacarnya ya?"

"Bukan mas."

"Saya pikir, itu pacarnya mbak. Soalnya, dia perhatian banget sih sama mbak!"

"Aku juga bingung sih mas sama dia. Dia pernah bilang, kalau dia itu sayang banget sama aku. Tapi sampai sekarang, dia belum pernah nyatain cinta ke aku."

"Mungkin dia menunggu waktu yang tepat mbak. Mbak sabar aja!"

"Ya, semoga begitu mas."

"Mbak, berharap banget ya sama dia?"

"Sedikit."

"Kalau boleh tahu, mbak dekat sama dia udah berapa lama?"

"Dari SMP mas."

"Lama sekali ya! Mulai dari sekolah dulu sampai sekarang, hubungan kalian hanya begini saja mbak?"

"Begini bagaimana mas?" tanyaku penasaran.

"Selalu dekat, tapi tidak pernah ada kepastian."

"Ya gitulah mas. Dijalanin sebagaimana mestinya saja lah."

"Seharusnya, mbak jangan mau terlalu dekat sama dia."

"Kenapa harus gitu mas?"

"Biar dia sadar mbak, kalau mbak itu butuh kepastian darinya."

"Lagian, saya kan sekantor sama dia mas."

"Maksud saya, sedikit menjaga jarak saja mbak."

"Oh, iya iya saya paham sekarang. Terimakasih ya mas, untuk idenya."

"Sama-sama mbak."

"Mas, rumah saya yang itu ya! Cat dinding warna biru muda,"ucapkku sambil menunjukkan.

"Sudah sampai mbak."

"Terima kasih mas, nanti saya kasih bintang 5 ya."

"Iya mbak, saya permisi ya,"ucap si abang ojol sambil berlalu pergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun