Mohon tunggu...
Julita Manurung
Julita Manurung Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Sistem Informasi Universitas STMIK Triguna Dharma

Saya hobi nonton, hobi makan. Pokoknya hobi yang membuat batin saya bahagia itu udah pasti.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Bukan Dilan 1990 [PART 1]

11 Juni 2019   11:41 Diperbarui: 11 Juni 2019   12:02 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ismimei.files.wordpress.com/2018/02/dilan-png.jpg?w=640

"Baru juga mau pulang, eh hujan udah turun aja,"ucapku sambil menggerutu.

"Memangnya kenapa sih, kalau hujan turun?" ucap rekan kerjaku sambil menatap wajahku.

"Eh Dilan, sejak kapan kamu disini?"

"Sejak mendengar keluh kesahmu."

"Gombal."

"Hah? Gombal? Enggak kok."

"Kalau bukan gombal apa namanya?"

"Gak tahu juga sih apa namanya. Lagian aku serius kok dengan kata-kataku tadi."

"Hm, iyadeh,"ucapku cuek.

"Cuek banget sih kamu! Padahal aku berusaha menghibur kamu lho!"

"Jadi aku harus bersikap gimana didepan kamu? Apa aku harus senyum pepsodent dulu?"

"Gak gitu juga dong!"

"Terus, maunya kamu gimana?"

"Aku cuma mau kamu hargain dong aku disini nemenin kamu."

"Emangnya aku ada minta kamu, buat nemenin aku disini?"

"Enggak ada sih."

"Lah, terus?"

"Kenapa ya, ngobrol sama kamu itu selalu ada debatan-debatan kecil?"

"Karena aku enggak suka ngobrol sama cowok gombal."

"Harus berapa kali sih aku bilang, kalau tadi itu bukan gombalan."

"Nama kamu kan Dilan, pasti sikap kamu enggak jauh beda sama Dilan 1990."

"Stop ya, sama-samain aku sama Dilan 1990. Aku itu bukan Dilan 1990, tapi Dilan aja, gak pake 1990."

"Udah ah, aku malas ngobrol sama kamu."

"Kamu mau pulang? Hujannya kan masih deras!"

"Aku cuma mau ke toilet bentar, mau ikut?"

"Enggaklah, ada-ada aja."

"Bercanda kok, lagian siapa juga yang mau ajak kamu. Entar kamu malah macam-macamin aku lagi."

"Ini nih, yang aku enggak suka dari kamu. Suka beramsusi yang macam-macam tentang orang yang lagi dekat sama kamu."

"Biarin!"

"Jangan di biasain deh, entar kamu jadi banyak haters."

"Kalau kamu terus ajak aku ngobrol, kapan aku jadi ke toiletnya?"

"Sori, yaudah buruan sana!"

*5 Menit Kemudian

"Hm, lega!"

"Kamu habis pup ya?"

"Iya, perlu bukti?"

"Enggak perlu bukti, aku juga tahu kok."

"Kamu ngintip ya?"

"Siapa juga, yang mau ngintipin orang lagi pup. Aneh kamu!"

"Udah ah, aku mau pulang dulu. Hujannya udah reda soalnya!"

"Kamu dijemput sama siapa?"

"Abang ojol lah."

"Mana ojek onlinenya?"

"Itu tuh, disana!"ucapku sambil menunjuk ke seberang jalan.

"Aku anterin kamu sampai sana ya?"

"Boleh sih, tapi kamu enggak risih samaku?"

"Kenapa mesti risih?"

"Kan aku habis pup!"ucapku sambil tertawa.

"Namanya aku sayang sama kamu, kenapa mesti risih."

"Kamu bilang apa barusan?"

"Enggak ngomong apa-apa kok."

"Astaga kamu ini! Padahal aku dengar kamu lho!"

"Kalau udah dengar, ngapain ditanya lagi?"

Setelah mendengar kata-kata terakhir darinya, aku hanya diam membisu dan tak melanjutkan obrolan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun