Mohon tunggu...
julio purba kencana
julio purba kencana Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya orang di persimpangan kiri jalan

Mahasiswa filsafat, aktif menulis sastra dan telah menerbitkan beberapa buku

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Insania

31 Desember 2024   00:23 Diperbarui: 1 Januari 2025   21:29 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

>>>>

Beberapa hari kemudian, Domi akhirnya dikembalikan ke kediamannya di kampung dengan keadaan lumpuh total di seluruh tubuhnya. Domi tidak bisa terus dirawat di rumah sakit karena terkendala biaya. Biaya untuk membawa Domi ke rumah sakit sebelumnya pun berasal dari iuran para pedagang pasar yang iba kepadanya. Akhirnya, karena keterbatasan biaya dan permintaan neneknya, Domi dibawa kembali ke kampung halamannya. Sebagai makhluk yang mungkin tidak sepenuhnya dapat disebut manusia lagi.

Sesampainya ambulans di kampung, Domi disambut oleh tangis nenek dan saudara laki-lakinya yang bernama Dion. Sedangkan Dina, adiknya yang perempuan, hanya menatap kosong ke arah kakaknya yang tidak lagi bisa disebut manusia. Domi, yang hanya dapat menggerakkan matanya, memandang keluarga kecilnya dengan linangan air mata. Harapannya untuk membahagiakan kedua adik dan neneknya sirna begitu saja. Sekarang, bukannya memberi kebahagiaan bagi keluarganya, Domi merasa dia tidak lebih dari seonggok kotoran yang tidak diharapkan. Orang-orang di sekitar rumah Domi memandang iba dengan apa yang menimpa keluarga kecil itu.

Keesokan harinya, Pak RT datang membawa sumbangan warga. Begitu seterusnya hingga satu minggu telah berlalu. Setelah satu minggu, Dion berhenti bersekolah dan memutuskan untuk pergi mengadu nasib menggantikan kakaknya menjadi tulang punggung keluarga. Rumah itu juga tidak selalu ramai, dan yang bisa dilakukan Domi hanyalah menunggu neneknya memberi makan, kemudian dia akan tidur. Domi hanya bisa makan melalui selang yang diberikan dokter.

Namun, yang paling Domi benci adalah momen di pagi hari ketika Dina pergi ke sekolah, sedangkan neneknya mencuci baju di belakang rumah. Domi merasa sendirian dan kesepian. Dalam kesendiriannya, Domi mempertanyakan mengapa penderitaan seperti ini menimpanya. Mengapa Tuhan tidak mau memberikan kebahagiaan sedikit saja kepadanya? Bahkan, dia ragu apakah Tuhan memang ada. Terkadang, dia juga ragu apakah dia sungguh dapat disebut sebagai manusia.

Domi sering kali memaksa matanya untuk tertidur dan berharap semua yang ia derita saat ini hanyalah mimpi buruk. Ketika terbangun, Domi hanya memiliki satu pemikiran, "Mungkin kematian lebih indah dari yang setiap orang bayangkan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun