Mohon tunggu...
julio purba kencana
julio purba kencana Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya orang di persimpangan kiri jalan

Mahasiswa filsafat, aktif menulis sastra dan telah menerbitkan beberapa buku

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Insania

31 Desember 2024   00:23 Diperbarui: 1 Januari 2025   21:29 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

BAB I

AWAL MULA

"Karena pada dasarnya dunia ini juga mempunyai tokoh-tokoh utama.
Dan jika kau bukan tokoh utama dalam cerita di dunia,
Maka bersiaplah menerima penderitaan dunia.
Satu cara untuk melawannya adalah dengan menjadi gila."
(Julio Purba Kencana)

Pagi itu, Domi bangun seperti biasa, mencuci muka, sarapan, dan bersiap pergi ke pasar untuk bekerja sebagai kuli panggul di pasar, seperti hari-hari yang biasa ia lalui. Tidak pernah sekalipun dia mengeluh tentang hidupnya. Makan dua kali sehari, tinggal di kos-kosan kecil di sudut kota, dan upah seadanya yang harus dia bagi untuk makan dan dikirim ke kampung halamannya tidak pernah membuat Domi lupa untuk bersyukur kepada Tuhannya. Setiap hari Minggu, Domi selalu menyempatkan diri untuk mengikuti ibadat di gereja.

Semua kegiatan itu Domi lakukan setiap hari, dan tanpa terasa waktu sudah berjalan lima tahun lamanya di tempat perantauan itu. Domi yang berusia 19 tahun kini sudah berusia 24 tahun. Tidak ada yang istimewa darinya, semuanya biasa saja. Lulusan SMP, miskin, dan terpaksa mengadu nasib ke ibu kota demi penghidupan yang lebih memadai. Tidak ada yang bisa ia harapkan selain dirinya sendiri. Ayahnya sudah lama meninggal, ibunya entah di mana rimbanya, dan terpaksalah dia mengambil peran menggantikan almarhum ayahnya untuk membiayai pendidikan kedua adiknya yang kini memasuki usia remaja dan bersekolah di SMP tempat dulu ia bersekolah. Selain membiayai kedua adiknya, ia juga harus membiayai neneknya yang sudah tua. Itulah Domi sang kuli panggul dengan segala beban hidupnya.

Ketika anak-anak seusianya sibuk mengeluh karena putus cinta, beratnya skripsi, tidak ada uang untuk nongkrong di kafe, dan berbaring malas di kasur di pagi hari, Domi sudah berada di pasar untuk bekerja. Terkadang Domi juga merasa iri kepada anak-anak seusianya. Dia juga ingin seperti mereka yang pergi pagi-pagi ke kampus, menaiki motor listrik, dan nongkrong di kafe ketika malam tiba. Namun, apalah daya, Domi hanyalah kuli panggul di pasar. Dia hanya ingin melihat kedua adiknya hidup lebih baik darinya nanti.

Namun, ternyata dunia seakan tercipta untuk menyiksanya. Ketika sedang mengangkut barang-barang dari mobil ke toko swalayan, tiba-tiba sebuah truk dari arah selatan melaju dengan sangat kencang dan, tanpa dapat dihentikan, menabrak Domi yang sedang mengangkut karung beras. Seketika beras berhamburan dan Domi tergeletak bersimbah darah setelah terpental beberapa meter dari truk yang menabraknya. Tidak ada yang langsung menolong Domi. Beberapa orang sibuk menghajar sopir yang menabrak Domi, dan beberapa lagi sibuk mengabadikan tubuh Domi dan pemukulan sopir yang menabraknya dengan kamera...

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Insania", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/juliopurbakencana5183/67717cb834777c6e147fd0a2/insania

Kreator: Julio Purba Kencana

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun