Ini bukan kisah cinta seperti yang kalian harapkan. Bukan tentang penerimaan apa adanya, bukan pula penolakan dramatis yang sering ditawarkan kisah cinta lainnya.Â
Ini hanyalah sebuah cinta biasa---cinta yang tumbuh, lalu mati begitu saja. Ini adalah kisah seorang pria biasa yang mencoba memetik bunga sempurna bernama Natalia.
Aku adalah seorang pemuda biasa dari pedesaan, tumbuh dalam keluarga yang tidak banyak menawarkan keistimewaan. Ayahku adalah mantan narapidana, dipenjara karena menjadi penadah barang curian.Â
Ibuku, seorang ibu rumah tangga, menjadi wanita yang kuat karena keadaan. Ia bertekad agar anak-anaknya tidak menjadi seperti suaminya. Tentang adikku, itu cerita lain yang mungkin akan kuceritakan nanti.
Sebagai anak pertama di keluarga seperti ini, tuntutan yang kuhadapi sulit kalian bayangkan. Aku selalu dituntut untuk menjadi sempurna, untuk memahami apa yang mereka pikirkan tanpa pernah dipahami oleh siapa pun.Â
Kehidupan seperti ini membentukku menjadi pribadi sederhana dalam penampilan, namun memberontak dalam pola pikir dan hidup. Di kalangan teman-teman, aku pun sering tak dianggap, malah menjadi bahan tertawaan. Tak ada yang benar-benar memahami diriku. Mereka hanya ingin mengejek dan mencemoohku.
Terkadang, aku berpikir seandainya aku bisa kembali ke masa lalu, mungkin aku bisa mengubah semuanya. Namun, ini bukan dunia hayalanku. Ini dunia nyata yang menuntutku untuk terus terjaga.Â
Kadang aku ingin sekali melompat dari jembatan atau menabrakkan diri ke kereta api---seperti orang-orang yang berani mengakhiri hidup mereka demi terbebas dari dunia yang begitu kejam.Â
Bagi orang lain, bunuh diri mungkin hina dan dianggap tindakan orang bodoh. Tapi bagiku, mereka pemberani yang rela meninggalkan kepedihan yang mereka derita.
Aku pernah ingin menjadi pemberani seperti mereka, tapi suatu momen mengubah segalanya.