Mohon tunggu...
julio purba kencana
julio purba kencana Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya orang di persimpangan kiri jalan

kunjungi website pribadi penulis di fenestrapost.com website ini berisi tulisan-tulisan tentang anti radikalisme

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kesejahteraan Rakyat Bukan Idealisme Belaka

5 Maret 2023   12:06 Diperbarui: 7 Maret 2023   07:16 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi anak-anak bermain dengan temannya. (sumber:  Larm Rmah - UNSPLASH)

Pandemi covid perlahan mulai mereda, keadaan negara yang awalnya kacau karena ketidaktahuan akan virus mematikan itu, perlahan mulai bisa diatasi. 

Perekonomian rakyat sedikit demi sedikit sudah mengalami kemajuan namun masih jauh dari kata sejahtera. Pasca covid 19 melanda negeri ini hampir setiap unsur kehidupan masyarakat dihantam habis-habisan. 

Mulai dari ekonomi, Pendidikan hingga kehidupan sosial semuanya terkena imbas dari kekacauan yang terjadi karena virus corona. Tidak bisa dipungkiri bahwa pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin cukup berhasil mengendalikan penyebaran virus corona di negara Indonesia. 

Akan tetapi setelah keadaan negara ini mulai kembali stabil, pemerintah dan parpol-parpol yang ada di negara ini malah sibuk pencitraan diri ketimbang memperhatikan kesejahteraan rakyat. 

Bagi mereka kesejahteraan rakyat hanyalah sebuah idealisme belaka yang dapat mereka gunakan sebagai janji manis ketika musim kampanye tiba.

Masa pemerintahan Jokowi hampir berakhir, sedangkan kesejahteraan rakyat masih saja menjadi sebuah idealisme bagi negara Indonesia. Keberhasilan Jokowi perlahan mewujudkan kesejahteraan rakyat agaknya harus terhenti oleh masa jabatan yang hampir berakhir. 

Dan sekali lagi kesejahteraan rakyat itu kembali membeku menjadi sebuah idealisme belaka. Banyak harapan dari masyarakat supaya presiden NKRI selanjutnya dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat menjadi kenyataan. 

Namun melihat kondisi parpol dan pemimpin-pemimpin negeri yang sibuk pencitraan diri, tidak salah rasanya jika masyarakat kembali ke sikap skeptis mereka akan kesejahteraan rakyat. 

Sebagai warga negara tentu masyarakat negeri ini mengharapkan banyak hal kepada pemimpin mereka. Mereka yang hanya buruh tani, guru, buruh pabrik dan lain sebagainya tentu mengharapkan perubahan dalam kehidupan mereka. 

Walau tidak menjadi kaya raya seperti kebanyakan orang, setidaknya mereka dapat hidup sejahtera. Hidup berkecukupan, Pendidikan anak-anaknya terjamin, tunjangan kesehatan ,dan dana tunjangan hari tua. 

Bagi mereka dengan terpenuhinya beberapa syarat di atas maka sejahteralah kehidupan yang selama ini mereka jalani. 

Untuk itu, pemerintah tidak usahlah berpikir hal yang mulug-mulug yang belum tentu dapat dipenuhi. Penuhilah dulu syarat sederhana dari masyarakat kecil maka mereka tidak akan menganggap kesejahteraan hanya sebagai idealisme belaka.

Berbicara tentang kesejahteraan rakyat memang tidak akan ada habisnya. Apalagi dengan kondisi para pemimpin rakyat yang Sekarang sibuk melakukan pencitraan. Konsep kesejahteraan rakyat menjadi semakin jauh dari kata terwujud. 

Hal ini tampak dari banyaknya masyarakat yang masih berada di garis kemiskinan dan buta aksara. Dilansir dari Kompas.com, mengacu pada hasil Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2021, angka buta aksara di Indonesia tinggal 1.56 persen atau 2,7 juta orang. 

Jumlah tersebut menurun dibanding data buta aksara pada 2020 dengan angka 1,71 persen atau sekitar 2.9 juta orang. Meskipun mengalami penurunan, tetap saja angka orang yang buta aksara di negara Indonesia masih sangat banyak. 

Sedangkan dilansir dari www.kemenkeu.go.id Tingkat kemiskinan September 2022 tercatat sebesar 9,57% atau sebanyak 26,36 juta orang berada di bawah garis kemiskinan. 

Tingkat kemiskinan ini naik tipis dari Maret 2022 (9,54%) tetapi lebih rendah dibanding tingkat kemiskinan pada September 2021 (9,71%). 

Ambang batas garis kemiskinan pada September 2022 meningkat sebesar 5,95% menjadi Rp 535.547 dari sebelumnya Rp505.468 pada Maret 2022.

Keadaan negara yang masih sangat jauh dari sejahtera memang sudah seharusnya menjadi perhatiaan kita semua.

Cita-cita reformasi 1998 yang menginginkan negara ini sejahtera dan terlepas dari KKN ( Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) agaknya tidak akan terwujud dalam waktu dekat. 

Apalagi generasi muda yang  diharapkan menjadi harapan bangsa malah sibuk dengan budaya konsumtif. Mereka yang seharusnya memperbanyak literasi dan memperdalam kemampuan. Malah sibuk dengan hal-hal yang tidak penting seperti video-video pembodohan yang sering viral di dunia maya. 

Diskusi-diskusi kaum muda yang mempertanyakan keadilan bagi rakyat kecil perlahan-lahan mulai punah. Sebenarnya apa yang sedang terjadi di negara ini? 

Tidak ada yang tahu pasti dengan permasalahan yang sedang terjadi, yang pasti kesejahteraan rakyat telah menjadi idealisme belaka. Sedangkan generasi muda yang seharusnya menjadi pembela dari kesejahteraan rakyat ini, malah sibuk dengan dirinya sendiri. Jangan tanya dimana peran pemerintah dan parpol, mereka sibuk dengan kekuasaan dan pencitraan diri. 

Semua yang ada hanyalah penderitaan dan penindasan terhadap rakyat kecil. Memang miris melihat keadaan negara tercinta ini, namun apa boleh buat. 

Kita sebagai warga negaranya hanya dapat memberikan saran dan doa kepada Tuhan supaya pemimpin selanjutnya dapat memberi kesejahteraan yang sesungguhnya.

Oleh karena itu, sebagai rakyat negara Indonesia. Mari bersama-sama memilih presiden yang nantinya dapat memberi kesejahteraan kepada kita semua. Jangan tergoda dengan iming-iming uang dari para penjilat. 

Apalagi janji kesejahteraan dengan menjual kebhinekaan negara kita Indonesia. Mereka yang menggunakan politik dengan jalan yang salah akan tentu tidak akan memikirkan kesejahteraan rakyat yang mereka pikirkan hanyalah kekuasaan. 

Untuk itu sekali lagi pilihlah presiden yang dapat membawa kesejahteraan kepada rakyat keluar dari belenggu idealisme. Jangan sampai api kecil yang sudah mulai hidup di pemerintahan Jokowi kembali pada karena kita salah memilih orang yang akan memimpin kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun