Mohon tunggu...
Julinda Jacob
Julinda Jacob Mohon Tunggu... Konsultan - Orang rumahan

Seorang ibu rumah tangga yang menuangkan hasil pandangan mata dan pendengaran dalam kehidupan keseharian

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sisi Lain Raja Ampat, Papua Barat

8 Desember 2015   22:21 Diperbarui: 11 Desember 2015   09:28 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bedanya Aerborek dan Selpele, di Aerborek ada manusia bernama Maya, relawan yang mengajarkan Bahasa Inggris dan sekali-sekali mengajarkan pengetahuan umum sesuai kemampuannya. Selain itu ada sekolah minggu yang mengajarkan agama dan budi pekerti kepada anak-anak. Turis-turis asing yang berkunjung ke Aerborek kerap membawakan buku-buku cerita dalam bahasa inggris untuk anak-anak Aerborek dan mereka punya perpustakaan desa untuk menyimpan buku-buku tersebut, pungkas Maya.

Aerborek adalah sebuah desa wisata yang predikatnya diberikan oleh Pemerintah daerah sebagai desa percontohan. Predikat ini diberikan karena kearifan lokal masyarakat dalam konservasi lingkungannya, baik atas maupun bawah laut. Hari ke-2 di Raja Ampat, aku dan rombongan snorkeling disini. Desa Aerborek bersih, tertata rapi, tak ada sampah berceceran. Perairannya jernih, indah, tidak perlu jauh-jauh ke tengah laut naik kapal, spot diving berada di sekitar dermaga, jutaan makhluk laut warna warni dengan berbagai bentuk akan menyambut saat kita melompat dari ujung dermaga.

Para wanita Aerborek membuat kerajinan tangan berupa topi khas Papua berbentuk cendrawasih dan manta serta noken (tas) dari pelepah sagu. Sebagai desa wisata, cukup banyak infrastruktur yang di bangun pemerintah disini termasuk sarana pendidikan. Namun sayang, fasilitas pendidikan yang disediakan tidak berfungsi maksimal karena ketiadaan guru.

Dan ketiadaan guru ini, beritanya (mungkin) belum sampai ke pemerintah daerah setempat , berpura-pura tidak tahu atau menutup mata mengenai ini hanya karena semata-mata untuk mempertahankan Raja Ampat sebagai daerah wisata dengan keunikan dan kekhasannya serta dengan kebodohan masyarakatnya agar tetap layak dijual sebagai destinasi wisata tradisional dengan keprimitifannya???...wallahu'alam, semoga tidak demikian.

 

Perjalanan wisata yang menyenangkan ini, akhirnya memberi kesan tersendiri dalam diriku. Satu sisi aku bangga dengan keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Namun disisi lain, miris melihat eksploitasi alam yang indah dan kaya raya ini tidak dinikmati oleh pemiliknya, masyarakat adat setempat. Pendidikan yang seyogyanya dapat merubah kehidupan dan menaikkan harkat dan derajat anak-anak negeri, tidak dinikmati secara maksimal oleh anak-anak kepulauan Raja Ampat dalam hal ini pulau Selpele dan Aerborek.

Alamlah yang mengajarkan mereka berenang, menangkap ikan dan menjaga kelangsungan hidup. Namun untuk pengetahuan-pengetahuan umum dan sains mereka tetap membutuhkan bimbingan, jangan sampai gagal paham karena tidak ada tuntunan dan arahan yang tepat dari orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Bagaimana mungkin mereka bisa mengubah nasib, apabila sejak dini asupan nutrisi pendidikan tidak mereka dapatkan secara layak. Negara belum mengakomodasi hak mereka untuk berkembang, mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara mengabaikan tujuannya, mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Hal ini tidak bisa dibiarkan terus menerus. Sudah saatnya pemerintah daerah, pemerintah pusat dan masyarakat bahu membahu mengentaskan ketiadaan guru. Akan lebih baik apabila guru yang ditempatkan di kepulauan Raja Ampat berasal dari penduduk lokal atau wilayah yang berdekatan dengan Raja Ampat, agar mereka betah, pikiran tidak bercabang antara pekerjaan dan keluarga.

Pemerintah dapat memberikan pelatihan dan pendidikan kepada calon-calon guru lokal serta keharusan mengabdi selama minimal 5 tahun di daerah-daerah pelosok dan terpencil. Pemerintah juga dapat memanfaatkan internet masuk desa sebagai sarana pengajaran. Guru-guru pelosok pun tetap harus dibekali tambahan pengetahuan setiap tahunnya sebagai refreshing course dan peningkatan kemampuan seiring dengan kemajuan zaman untuk ditularkan kepada anak didiknya.

Selain peningkatan pengetahuan, patut diperhatikan juga kesejahteraannya. Guru-guru daerah terpencil mesti diberikan fasilitas layak berupa perumahan dan transportasi apabila jauh dari tempat tinggalnya. Dan yang utama adalah bahwa anak-anak Raja Ampat berhak mendapatkan kompensasi pendidikan tertinggi atas eksploitasi keindahan dan kekayaan alam mereka. Mereka aset bangsa. Anak-anak yang telah behasil pun ditekankan untuk kembali ke kampung halamannya, mengabdi dan membangun negerinya.

Ibarat sebuah eskalator, setelah naik kemudian turun kembali membawa penumpang ke atas, demikian juga kehidupan Raja Ampat, setelah anak-anak sukses, terangkat, mereka ditarik kembali ke negerinya, mengabdi untuk membawa anak-anak yang lain ke atas. terus bergulir, berputar, agar tetap dinamis dan seimbang. Salam Raja Ampat!!

*) Keterangan Gambar: Dok. Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun