Mohon tunggu...
Juliastri Sn
Juliastri Sn Mohon Tunggu... Administrasi - MomBloggerPreneur, Content Creator and Podcaster at Laughing with Juliastri Sn

Seorang yang aktif, dinamis dan menyukai hal-hal yang baru, unik dan berbeda dari yang sudah ada. Seorang pemimpi tingkat tinggi, pengkhayal dan suka berangan-angan yang kadang sulit diterjemahkan oleh logika.. Buat yang ingin mengenal saya lebih jauh, silakan kunjungi blog saya : https://juliastrisn.com https://angananganku.blogspot.com https://ourhobbiesblog.blogspot.com https://bisnisnekad.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Sebuah Rasa

24 Oktober 2011   07:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:34 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kuhela nafas panjang. Kau masih mengenalku dengan baik. Aku menangkap ada nada gembira dalam ucapanmu. Benarkah itu jeng ?

“Apa kabar Jeng ? Berapa anakmu sekarang ?”

“Baik, Mas..anakku dua, laki sama perempuan. Mas Pras sendiri berapa anaknya ?”

“Satu jeng. Laki-laki..suamimu ?”

“Satu, mas..eh maksudku..suamiku kenapa mas ? Mas belum mengenalnya..”

“O, ya..maafkan ucapanku tempo hari. Jujur, aku gugup.”

“Ndak apa-apa, mas..aku juga minta maaf nyebut wong edan..aku hanya kaget saja..kok tiba-tiba mas bisa tahu no telponku. Surprise..”

“Sebenarnya itu yang ingin aku ucapkan dari dulu. Tapi aku selalu menjadi pecundang sejati. Mungkin sekarang sudah tak ada artinya lagi.”

Kau diam. Tak ada suara apapun. Hanya aku bisa mendengar helaan nafasmu yang lembut dan dalam.

“Sebenarnya..kata itu yang kutunggu belasan tahun yang lalu, mas..namun mas terlanjur pergi tanpa kata. Tapi sudahlah..tak ada yang perlu disesali. Toh, sekarang kita sudah tahu dan tak mungkin untuk bisa saling memiliki. Aku bahagia dengan kehidupanku yang sekarang mas, dan semoga mas Pras juga bahagia. Terima kasih mas. Kejujuranmu sudah lebih dari cukup.”

Tut..tut..tut..sambungan telpon ditutup. Kau menyudahi pembicaraan kita. Aku masih belum percaya apa yang baru saja terjadi. Seperti mimpi. Kucubit lenganku dan aku malu ternyata aku masih berurusan dengan busa sabun. Handphone akan kuletakkan tapi tanganku terasa licin seperti belut dan handphone itu meluncur ke bak mandi. Waduh..handphone langsung mati total. Perasaanku campur-campur antara gembira dan sedih. Ah..ini bagian dari suatu dinamika hidup. Yang pasti aku lega. ya..sangat lega. Aku sudah bisa mengungkapkan rasaku tanpa khawatir akan ada perselingkuhan. Ya, aku janji. Jeng Sri, kau adalah bagian dari masa lalu yang belum usai namun aku sudah menyudahinya barusan. Masa depanku adalah istri dan anakku. Itu saja. Kulanjutkan mandiku yang tertunda. Kali ini dengan senandung. Aku lupa handphoneku butuh pertolongan segera. Ah..biar kunikmati dulu segarnya air mengguyur tubuhku hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun