Sehingga baikknya orang tua tertentu yang tidak terima anaknya ditegur, demi kebaikan, renungkanlah. Karena di dunia ini, yang bisa kita wariskan kepada anak untuk bertahan dalam kehidupan adalah "nilai karakter", "kebaikan", dan juga "santun".
Tidak hanya sebatas mendapatkan ijasah yang berisi nilai di kertas. Tetapi yang utama adalah pembentukan akhlak anak.
Jika ada orang tua membela anak dengan maksud melindungi, bukan dengan cara membela yang kurang tepat. Tetapi orang tua juga bisa lakukan koreksi atas kesalahan anak. Menggunakan pendekatan yang baik dan membujuk agar anak tidak melakukan kesalahan.
Setiap orang tua pasti sayang pada anaknya. Menunjukkan kasih sayang bukan berarti harus membela yang kurang tepat/salah. Tetapi menegur dengan kasih sayang dan nasehat.
Dari kasus orang tua menembakkan ketapel menjadi pelajaran yang berharga. Untuk kita orang tua dan juga guru. Permasalahan apapun, baikknya di diskusikan terlebih dahulu. Tidak langsung menjudge tanpa alasan.
Guru tidak mengajari siswa 24 jam sehari. Untuk jenjang SD, hanya sampai (jam 11), SMP (jam 1), SMA (jam 2). Selebihnya anak berada di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Akhlak anak tidak 100 % terbentuk di sekolah. Tetapi juga dari rumah dan lingkungan. Jika ada kesalahan yang dilakukan anak, benar-benarlah ditelusuri sampai ke akar. Karena tidak ada guru yang mengajarkan anak menjadi "tidak berkarakter baik".
Di belahan dunia manapun, guru berharap agar anak didik menjadi orang berhasil. Bisa menjadi dokter, polisi, bupati, gubernur, menteri bahkan presiden. Mari sama merenung, KITA BISA KARENA GURU.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H