Cari suasa psikologis yang berbeda. Istilahnya diendapkan. Saat berbeda, misalnya menulis pagi, maka sore baru dibaca. Cermati kalimat demi kalimat. Tambahkan ide yang ada jika memang perlu ditambah.
Sebelum beliau mengunggah tulisan di blog, beliau membaca ulang tulisan tersebut. Dengan prinsip meminimalkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan beliau. Karena tulisan adalah jejak kita.
(3). Menulis tentang perjalanan. Kita semua sangat sering melakukan perjalangan. Contoh, tiba di rumah pukul 18.20 dari Sungai Tebelian. Hal-hal yang kita lakukan di perjalanan bisa kita tulis. Itu mudah karena kita menjalaninya.
Kunci pamungkas menulis menurut kyai ini adalah menulis secara ngemil. Sedikit demi sedikit. Contoh untuk artikel jurnal, beliau hanya menargetkan satu paragraf. Sampai di kantor menulis di blog.
Menulis dilaksanakan setiap hari. Sehingga akan tercipta banyak tulisan. Beliau juga mengatakan bahwa cara melawan kesulitan adalah dengan “melakukan”.
Lawan terbesar seorang penulis adalah dirinya sendiri. Misalnya takut, malu, kuatir dengan tulisan yang ditulis. Perlu perjuangan dan teruslah menulis.
Menulis itu adalah tahapan setelah menuangkan ide dalam kalimat, yaitu editing. Tugas kita merapikan yang tidak runtut. Menyambugkan yang tidak nyambung.
Jika saat menulis masih kacau, tidak masalah. Kita dapat memperbaiki saat editing. Kualitas menulis akan meningkat seiring dengan banyaknya karya yang kita hasilkan .
Jangan berhenti untuk menulis....
Kyai yang sangat menginspirasi
Salam Literasi dan Guru 3T