oleh: Julia Roli Sennang Banurea, S.Pd, Gr
Menulis harus dijadikan sebagai kebutuhan. Seperti halnya makanan adalah sebagai kebutuhan pokok manusia, begitu pula dengan menulis. Menulis sebaiknya dijadikan sebagai kebutuhan utama karena nilainya sangat bermanfaat bagi penyampaian pesan bagi khalayak ramai. Menulis dapat mengubah segala sesuatu menjadi lebih baik.
Hal ini sangat terngiang di pikiran, setelah mengikuti pelatihan pertama KBMN (Kelas Belajar Menulis Nusantara). Om jay sebagai Dr. Blogger bersama penulis lainnya menginisiasi kegiatan bermanfaat ini. Bahwa menulis adalah suatu kebutuhan.
Motivasi sebagai penulis menjadi beresonansi. Ditengah jadual kesibukan yang luar biasa, semangat dari Dr.blogger, penulis dan peserta lainnya menjadi obat yang bisa mem"push" diri untuk menyisihkan sebagian waktu menulis
Seperti dalam materi yang dijelaskan oleh Om Jay, sapaan fenomenal Dr.Wijaya Kusuma, M.Pd, bahwa kita bisa menulis kapan saja (pagi, siang, sore, malam dan tidak tentu waktunya).
Menulis tidak memandang umur. Semua orang yang sudah bisa membaca, akan bisa menulis. Dengan membaca, kita bisa mengaktualisasikan diri dengan menulis. Mengespresikan diri dengan tulisan adalah ungkapan dari pikiran dan perasaan yang bermakna. Tulisan dapat mewakili ragam hal yang bermanfaat untuk disampaikan kepada orang lain.
Saya pribadi mengenal Dr. Blogger sudah lama. Sejak Simposium Nasional yang kami hadiri bersama di Tahun 2015 dan event nasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sekarang berubah menjadi Kemdikbudristek.
Beliau sering membagi tulisan (hardcopy) saat pertemuan di kegiatan tingkat nasional di Jakarta. Tidak lupa beliau memotivasi para generasi muda untuk selalu menulis dan menulis.
Bertugas di 3T (Daerah Terluar, Tertinggal dan Terdepan) tidak menyurutkan langkah dalam menulis. Sebagai penulis pemula, saya berusaha untuk membaca, memahami hingga menulis. Semua yang saya tuliskan adalah seluruh kegiatan yang saya lakukan/ observasi. Dengan terlibat atau melihat situasi, saya sudah mulai terbiasa merangkai kata dalam menulis.
Awalnya, bagi saya menulis adalah sesuatu hal yang sulit, namun lama-kelamaan menulis adalah seperti kebutuhan pokok bagi saya. Saya mulai aktif menulis pada tahun 2009, saat kuliah di Universitas Negeri Medan. 13 tahun latihan menulis telah menghasilkan beberapa karya. Namun, hentah mengapa, saya merasa apa yang saya lakukan masih sangat kurang dan selalu ingin berbuat lagi. Rasa penasaran yang tinggi membuat saya menjadi seperti ini.
Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi, adalah nasehat pamungkas yang sering dinyatakan oleh Dr. Blogger. Sehingga memotivasi saya untuk menulis tiap harinya. Kebiasaan awal saya yang setiap hari membaca, menjadi bertambah menjadi menulis juga setiap hari.Â
Membaca dan menulis menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa lagi saya pisahkan dari kehidupan saya. Biasanya saya menghabiskan waktu membaca kurang lebih 2 jam per hari. Ragam materi dan bacaan adalah yang biasa saya baca. Berprofesi sebagai guru mendorong saya untuk lebih kuat dalam membaca. Karena dengan membaca, saya dapat menyampaikan ilmu kepada peserta didik dengan baik. Saat ini menulis adalah kekuatan baru, selain membaca.Â
Membaca dan menulis adalah kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari aktivitas saya sehari-hari. Menulis adalah senjata bagi saya.Â
Terlebih baru-baru ini, saat saya dan tim menghadapi perihal "tidak cairnya tunjangan khusus daerah terpencil (3T) ", hingga menerbitkan sebuah tulisan "Surat Terbuka ke Menteri Pendidikan".
Tulisan tersebut, terbit di dua media online, salah satunya adalah kompasiana.com. Om jay memfasilitasi dalam memberi kata pengantar untuk tulisan tersebut. Beberapa tulisan tentang "tunjangan khusus 3T" juga telah saya buat di media online. Sehingga publik memahami permasalahan tunsus.Â
Tulisan adalah  penyampaian solusi bagi perbaikan sistem birokrasi yang terjadi, karena sebelumnya tidak bisa diselesaikan di tingkat daerah, sehingga harus menembus pusat sebagai pembuat regulasi.Â
Akhirnya, tulisan membuahkan hasil. 171 SK Tunjangan Khusus  (ASN) terbit di 3T, tepatnya di kabupaten tempat saya bertugas. Serta 56.358 SK tunjangan khusus terbit di seluruh Indonesia.
Meski honor belum bisa diselamatkan, namun tahun 2023 ini, kami berharap agar tunsus honor di bagi secara adil. Tidak seperti tahun lalu, ada yang cair dan tidak cair, dengan alasan kuota anggaran. Semoga tulisan berikut tentang pembagian tunsus secara adil sesuai sila ke lima bisa terlaksana di wilayah khusus.Â
Â
Trimakasih Om jay dan tim.
(RESUME HARI 1 KBMN PGRI ANGKATAN 28)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H