Mataku menatap dalam-dalam tubuh sang raja hutan satu ini. Mengamati tiap gerak gerik dan mencerna bahasa tubuhnya. Aku tak habis pikir oleh isi kepala sang pelaku atas segala tindakan jahatnya terhadap satwa liar disini, sampai-sampai hanya 1 ekor gajah saja yang bisa ku tangkap dengan penglihatan ku hari ini.
Suryadi bercerita bahwa gajah amat pantas dianggap sebagai spesies kunci karena perannya yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Satwa yang juga dijuluki sebagai pemilik memori besar ini berperan penting dalam penyebaran biji tanaman dan membantu memenuhi kebutuhan air bagi seluruh makhluk hidup disekitarnya dengan menggali tanah dengan gading untuk mencari air. Selama mereka menggali di musim kemarau, mereka juga menemukan air yang dapat digunakan oleh hewan lain serta dapat memperbesar sumber air ketika mereka sedang mandi. Di gunung Elgon yang terletak di perbatasan antara Uganda dan Kenya, Afrika Timur, gajah menggali gua yang dapat digunakan oleh ungulata, hyrax, kelelawar, burung dan serangga. Selain itu raja hutan ini juga berperan penting dalam menyebarkan biji-bijian dengan memakan buah-buahan dan mengeluarkan biji-bijian tersebut melalui kotoran mereka yang bisa dikonsumsi oleh hewan lain seperti kumbang dan monyet.
"Sudah seharusnya satwa ini dijaga, bukan dilukai dan ditukar dengan uang untuk kekayaan sendiri" ucap Suryadi sembari membasuh kulit gajah yang berkeriput itu dengan pelan. Gajah tersebut tampak sabar dan tenang dengan air yang mengalir dibawah kakinya. Banyak sekali julukan untuk satwa ini, salah satunya adalah Gentle Giant. Julukan tersebut muncul karena kesabaran, kecerdasan, dan sifat empati serta kepatuhannya yang dapat dilatih dan bisa bekerja sama dengan manusia.
Namun, pada dasarnya ancaman bagi sang gentle giant ini adalah manusia. Perburuan, habitat yang terfragmentasi, perdagangan gading serta konflik Manusia-gajah adalah faktor utamanya. Bahkan hewan predator seperti singa, harimau akan menjauhkan diri darinya dan kebanyakan predator tersebut hanya menyerang anakan gajah saja. Di Taman Nasional Aberdare, Kenya, seekor badak menyerang seekor anak gajah dan berakhir badak tersebut dibunuh oleh gajah lain. Ukuran tubuh gajah yang besar membuat mereka hampir tidak dapat diserang oleh predator, namun seorang manusia yang hanya berbekalkan senapan dan panah beracun mampu melukai bahkan merenggut nyawanya untuk diperjual belikan bagian tubuhnya. Sulit untuk mengambil gading gajah tanpa melukainya, ya itulah alasan mereka.
Sepertinya sang mentari sudah penat untuk mengejarku. Kini hanya ada langit redup bersama awan yang mengiringi langkahnya. Arah jarum jam telah memerintahkan ku untuk pergi, meninggalkan sang hutan, gajah dan Suryadi. Sebelum pergi, aku di perkenankan untuk melakukan sebuah tanda perpisahan pada sang gajah. Sentuhan, penglihatan dan suara adalah cara untuk berkomunikasi dengan satwa yang mampu bertahan hidup hingga 70 tahun ini. Diriku terhenyut kala mencerna bahasa matanya. Bak sedang memegang uang 1 miliar, tangan ku dibuatnya bergetar.Â
Roooaaaar...
Raja hutan ini mengeluarkan suara terompetnya, membuat bulu kuduk ku terbangun. Disitulah dua sudut bibirku terangkat, muncul harapan di masa yang akan datang, dirinya dapat bertemu kelompoknya kembali atau hidup tentram di hutan ini sampai usia yang membuat nya terbujur kaku serta kembalinya suara gemuruh riuh hutan seperti kemarin.Â
Dua setengah jam lagi langit akan merubah warnanya, senja akan datang dan semua akan gelap. Aku harus membawa ragaku pulang dari sini sebelum pencahayaan hilang ditelan waktu. Bergegas ku berpamitan dengan Suryadi. Besok aku harus mendatangi acara forum bumi yang di selenggarakan yayasan kehati untuk mendapatkan informasi tentang keanekaragaman hayati yang dapat ku masukan dalam makalah penelitian ku.
Di perjumpaan tengah malam, fikiranku masih mengajak untuk memikirkan sang gajah tadi siang, lantas ku genggam sang pintu dunia dengan jemari tanganku. Mataku terbelalak kala membaca kasus-kasus yang terjadi pada satwa besar itu. Salah satunya kasusnya adalah penurunan populasi dan habitat gajah, ternyata banyak Sekali penyebab semua itu terjadi, dari penebangan liar atau illegal logging, penambangan, perambahan hutan, kebakaran, sengketa lahan dan masih banyak lagi. Ini sudah diluar nalar ku, semua yang diciptakan oleh Tuhan sudah semestinya dijaga, dilindungi dan disayangi. Alam, satwa, puspa, dan Manusia diciptakan untuk saling melengkapi, tanpa salah satu dari itu maka tidak akan ada yang namanya keseimbangan.Â
Lantas apa yang akan kita lakukan untuk menciptakan keseimbangan tersebut?Â
Dikutip dari National Geographic Indonesia "Menjaga keanekaragaman hayati adalah tanggung jawab bersama, perlibatan multidisiplin ilmu yang kredibel : yaitu akademis, praktisi, swasta, komunitas dan masyarakat serta peningkatan partisipasi publik sebagai upaya kolektif untuk mendorong kesadaran bersama" misalnya dengan meningkatkan edukasi tentang pentingnya keanekaragaman hayati melalui program-program pendidikan, selain itu pemerintah dan lembaga terkait perlu membuat dan menetapkan kebijakan yang mendukung pelestarian keanekaragaman hayati serta partisipasi aktif komunitas dan masyarakat dalam upaya pelestarian para satwa dan puspa. Dengan begitu akan terciptalah sebuah keseimbangan ekosistem dunia.