Guru dan Penyair abad pertama menegaskan satu hukum yang tidak biasa, “Kasihilah musuh musuhmu dan berdoalah bagi mereka”. Sifat agung ini tidak ada pada setiap orang, tapi hanya pada mereka yang mengenal arti cinta dan kebenaran.
Masalahnya untuk memaafkan kita perlu stok cinta. Bila kita yang dibesarkan tanpa kasih sayang, akan punya kesulitan besar mengaplikasikannya. Masalah utama klien kami bukanlah pada berapa banyak luka yang dialami, tetapi berapa banyak stok cinta kita pada yang melukai. Dalam hidup tak selalu kebaikan kita akan dibalas dengan kebaikan. Tapi kita harus memilih, tetap berbuat baik atau berhenti. Setiap pilihan ada konsekuensi
Orang dekat kita tidak selalu pasti berbuat baik, sebaliknya ada yang melemparkan air "comberan" kepada kita. Tapi kita harus memilih, apakah membalasnya dengan “air comberan” juga. Atau memberikannya justru ”minyak wangi” yang harum yakni kebaikan. Bila kita membalas kejahatan dengan kebaikan, ada kuasa yang menyertainya.
Kuasa pengampunan tak selalu cepat hasilnya. Tetapi meski lambat, dampaknya akan lama sekali, seumur hidup anak dan pasangan yang kita kasihi. Itulah yang penulis rasakan saat merenungkan kembali kisah anak yang hilang, dalam injil Lukas.
Dr. Julianto Simanjuntak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H