Â
- Menyadari perasaan itu dan mengakuinya. Minimal kepada Tuhan dan seseorang yang Anda percayai. Akan lebih baik (jika memungkinkan) kepada orang tersebut. Carilah bantuan seorang penolong.
- Belajar memberkati orang yang saudara cemburui. Minta berkat Tuhan atas kehidupannya. Sadarilah bahwa Tuhan berhak menentukan kepada siapa berkat itu diberikan. Takutlah akan Tuhan, bersukacitalah senantiasa sambil mengucapkan syukur selalu. Stop membicarakan kelemahan orang tersebut.
- Membangun self-intimate, intim dengan diri. Caranya: mengingat, mencatat semua kelebihan, kekuatan dan keistimewaan diri Anda. Kemudian mengembangkannya.
- Belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada. Sadarilah bahwa berkat Tuhan selalu cukup. Serahkanlah keinginan negatif tadi kepada Tuhan, agar dikuduskan dan diganti dengan keinginan baru dan positif.Â
- Kreatif membangun karya sendiri, produktif, sehingga akhirnya karya kita dihargai orang lain.Â
Â
Memulihkan iri hati tidak selalu mudah, apalagi kalau citra dan harga diri kita memang hancur. Perlu waktu dan proses yang panjang. Akhirnya, mari kita perhatikan apa yang dituliskan dalam Amsal:
"Iri hati membungkukkan tulang, hati yang gembira menyegarkannya."
Â
Semoga berguna.
Julianto Simanjuntak
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!