Mohon tunggu...
Julianto Simanjuntak
Julianto Simanjuntak Mohon Tunggu... profesional -

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak No. 1 Bukan No. 2

28 Juli 2011   23:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:17 1699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311898293729747192

Berhutang Pada Anak

Bekerja demi anak dan  demi "anak dari anak-anak"  ( cucu) kita.  Etos hidup yang bercirikan kerja keras,  berkorban dan penuh dedikasi. Bekerja dan mengasuh anak bukan untuk diri kita semata. Bukan  supaya  anak-anak nantinya membalas (jasa) kepada kita. Tidak!  Tapi supaya  anak kita kelak membalas "jasa" kita itu  kepada anak-anaknya, yakni cucu-cucu kita.

Dengan kata lain seperti yang ditegaskan mertua saya Prof. Taliziduhu Ndraha, " Tidak ada anak yg berhutang pada ortu, tapi ortu-lah yang berhutang pada anak". Membalas ke bawah, bukan ke atas.

Mengasuh dan mendidik anak, sekali lagi, bukan demi nama baik kita, bukan sekedar mengumpulkan harta.  Juga  bukan untuk menunjukkan  bahwa kita hebat dan  dihargai banyak orang. Bukan  demi popularitas atau apapun juga.  Tetapi semata demi anak dan keturunan kita *)

Pohon Keluarga

Beberapa survei mengungkapkan  beberapa kita yang dibesarkan tanpa kasih sayang punya masalah saat mengasuh anak kita sendiri. Jika kita miskin hubungan batin dengan ortu, apalagi ada trauma buruk dengan ortu maka itu menjadi memori yang mengganggu (kecuali ada pemulihan). Kita cenderung kurang bergairah mengurus anak.

Jika kita belum bisa mengutamakan anak, dibanding lainnya, maka ada kemungkinan kita punya masalah dengan "pohon keluarga"  kita. Kita sulit mengutamakan (memprioritaskan) mereka. Yang lebih tragis, ada kasus ortu menganiaya anak dan istrinya sendiri (KDRT)

Namun, apapun pengalaman buruk masa lalu (dengan ortu)   jangan  lagi  lihat ke belakang. Kita tidak perlu menyesalkannya. Kita bisa "belajar ulang" (reparenting) menjadi ayah terbaik bagi anak-anak. Ingat,   Kita tidak bisa memperbaiki ke atas (ortu), tapi kita bisa mempengaruhi keturunan kita  (anak)

Anak No. 1

Anak adalah nomor 1. Bukan no. 2, apalagi no 3 dst.  Artinya anak harus mendapatkan prioritas utama (penting) setiap kita. Anak punya tempat istimewa dibandingkan dengan kerja (karir), sahabat, hobby, nama baik, popularitas, jabatan, pangkat dlsb.

Semua hal ini (karir dll)  bisa kita perjuangkan selama itu membangun anak-anak. Jika ternyata pilihan karir merusak anak dan rumah tangga kita, sebaiknya kita pertimbangkan ulang. Intinya anak dan keluarga menjadi poros aktifitas hidup kita. Namun bagaimana hidup dan prioritas menjadi seimbang, setiap kita butuh seni, skil dan juga hikmat dari Atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun