Berhutang Pada Anak
Bekerja demi anak dan demi "anak dari anak-anak" ( cucu) kita. Etos hidup yang bercirikan kerja keras, berkorban dan penuh dedikasi. Bekerja dan mengasuh anak bukan untuk diri kita semata. Bukan supaya anak-anak nantinya membalas (jasa) kepada kita. Tidak! Tapi supaya anak kita kelak membalas "jasa" kita itu kepada anak-anaknya, yakni cucu-cucu kita.
Dengan kata lain seperti yang ditegaskan mertua saya Prof. Taliziduhu Ndraha, " Tidak ada anak yg berhutang pada ortu, tapi ortu-lah yang berhutang pada anak". Membalas ke bawah, bukan ke atas.
Mengasuh dan mendidik anak, sekali lagi, bukan demi nama baik kita, bukan sekedar mengumpulkan harta. Juga bukan untuk menunjukkan bahwa kita hebat dan dihargai banyak orang. Bukan demi popularitas atau apapun juga. Tetapi semata demi anak dan keturunan kita *)
Pohon Keluarga
Beberapa survei mengungkapkan beberapa kita yang dibesarkan tanpa kasih sayang punya masalah saat mengasuh anak kita sendiri. Jika kita miskin hubungan batin dengan ortu, apalagi ada trauma buruk dengan ortu maka itu menjadi memori yang mengganggu (kecuali ada pemulihan). Kita cenderung kurang bergairah mengurus anak.
Jika kita belum bisa mengutamakan anak, dibanding lainnya, maka ada kemungkinan kita punya masalah dengan "pohon keluarga" kita. Kita sulit mengutamakan (memprioritaskan) mereka. Yang lebih tragis, ada kasus ortu menganiaya anak dan istrinya sendiri (KDRT)
Namun, apapun pengalaman buruk masa lalu (dengan ortu) jangan lagi lihat ke belakang. Kita tidak perlu menyesalkannya. Kita bisa "belajar ulang" (reparenting) menjadi ayah terbaik bagi anak-anak. Ingat, Kita tidak bisa memperbaiki ke atas (ortu), tapi kita bisa mempengaruhi keturunan kita (anak)
Anak No. 1
Anak adalah nomor 1. Bukan no. 2, apalagi no 3 dst. Artinya anak harus mendapatkan prioritas utama (penting) setiap kita. Anak punya tempat istimewa dibandingkan dengan kerja (karir), sahabat, hobby, nama baik, popularitas, jabatan, pangkat dlsb.
Semua hal ini (karir dll) bisa kita perjuangkan selama itu membangun anak-anak. Jika ternyata pilihan karir merusak anak dan rumah tangga kita, sebaiknya kita pertimbangkan ulang. Intinya anak dan keluarga menjadi poros aktifitas hidup kita. Namun bagaimana hidup dan prioritas menjadi seimbang, setiap kita butuh seni, skil dan juga hikmat dari Atas.