Dalam budaya Batak, cinta) kepada orang tua (leluhur) diwujudkan melalui upacara mangongkal holi. Di mana upacara adat tersebut dilakukan sebagai ungkapan cinta cinta anak (keturuanan) kepada orang tua (leluhur) mereka yang telah meninggal dunia. Dengan demikian leluhur yang telah meninggal tetap dikenang, dihormati, dan dimuliakan, sekalipun ia telah meninggal dunia.
Di sisi lain, penelitian yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam studi-studi sebelumnya mengenai tema upacara mangongkal holi sudah cukup banyak. Adapun berbagai penelitian tersebut antara lain: Makna Simbolik Upacara Mangongkal Holi bagi Masyarakat Batak Toba di Desa Simanindo, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara,[5] Mangongkal Holi as The highest Level of Tradition in Batak Toba Society,[6] Perkembangan Ritual Adat Mangongkal Holi Batak Toba dalam Kekristenan di Tanah Local Wisdom Found in Mangongkal Holi Tradition Batak,[7] Mangongkal Holi dan Relasi kuasa Apparatus Adat dan Agama,[8] The Communicative Functions of Ulaon Poguni Alaman in Exhumation (Mangongkal Holi) a Funeral Ceremony in Toba Batak.[9]
Penulis melihat bahwa secara garis besar berbagai penemuan dan studi sebelumnya yang mereka lakukan hampir sama satu sama lain, mengungkapkan bahwa upacara mangongkal holi bagi orang Batak adalah suatu upacara penghormatan anak kepada orang tua (leluhur) yang telah meninggal. Di mana dalam upacara mangongkal holi, jenazah leluhur dikeluarkan dari makam, tulang-belulangnya kemudian dibersihkan, yang diakhiri dengan pemindahan tulang-belulang leluhur ke dalam suatu Tugu Marga.Â
Namun, dalam upacara adat tersebut terungkap juga upacara adat Batak lainnya, yang disebut dengan dalihan na tolu.[10] Dalihan na tolu[11] merupakan sistem kemasyarakat orang Batak yang menunjukkan kedudukan pihak hula-hula yang berada pada posisi terdepan (paling dihormati). Posisi selanjutnya adalah pihak dongan tubu yang posisinya sejajar dengan pihak hula-hula.Â
Sementara posisi terakhir adalah pihak parboru yang biasanya bertugas untuk melayani dalam suatu kegiatan atau upacara adat. Berbagai kedudukan tersebut sangat erat hubungannya dengan penerapan adat-istiadat serta berbagai ritus adat dalam budaya orang Batak. Itulah mengapa selain sebagai upacara untuk menghormati orang tua (leluhur), upacara mangongkal holi adalah juga perwujudan dari tiga falsafah hidup orang Batak: hasangapon (kemuliaan), hamoraon (kekayaan), dan hagabeon (keturunan yang banyak).
Landasan Teologis (Perintah Keempat): Hormatilah Ayah dan Ibumu
Dalam Perjanjian Lama, Allah Israel memberikan sepuluh perintah (dekalog)[12] kepada bangsa Israel di atas gunung Sinai melalui Musa.[13] Sepuluh perintah Allah tersebut merupakan lambang dari perjanjian Allah dengan bangsa Israel, sehingga bangsa Israel hanya menyembah Allah yang benar dan satu-satunya, yakni Yahweh dalam hidup mereka.[14]Â
Pada perintah keempat, Allah memerintahkan kepada bangsa Israel, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu."[15] Allah meminta supaya bangsa Israel senantiasa menghormati dan mengasihi orang tua mereka, sebab orang tualah yang pertama-tama menjaga, memelihara, dan mengajarkan iman dan segala yang baik-benar kepada anak-anaknya. Itulah mengapa, setiap anak (bangsa Israel) memiliki kewajiban untuk mengasihi, menghargai, dan menghormati orang tua mereka masing-masing selama hidup di dunia ini, bahkan mungkin setelah maninggal.
Yesus sendiri pernah menyinggung perintah keempat dalam Perjanjian Baru ketika menegur sekaligus mengkritisi penghayatan hukum Taurat dalam kehidupan sehari-hari orang-orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat dalam menghayati adat istiadat orang Yahudi (perintah keempat). Yesus dengan tegas mengatakan kepada mereka, "Karena Musa telah berkata: hormatilah ayah dan ibumu.Â
Siapa yang mengutuki ayah dan ibunya harus mati, tetapi kamu berkata: kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah. Maka, kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian Firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu."[16]Â
Penghormatan kepada orang tua (leluhur) yang terungkap dalam perintah keempat ditegaskan kembali oleh rasul Paulus ketika menuliskan suratnya kepada jemaat di Efesus dengan berkata, "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu. Ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi."[17]Â