Dalam iklan di Indonesia, Grab dengan tegas mempromosikan standar keamanan yang berbeda yang dimilikinya dibandingkan dengan layanan ojek tradisional. Iklan ini menggambarkan sebuah narasi mengenai seorang gadis yang mengalami luka-luka karena salah memilih moda transportasi, yakni ojek pengkolan. Dengan penuh empati, iklan ini menyoroti risiko yang dapat timbul ketika menggunakan layanan transportasi yang tidak memiliki standar keamanan yang memadai.
Konsep visual iklan ini sangat kuat, dengan menampilkan perjalanan seorang gadis yang awalnya memilih ojek tradisional dan akhirnya mengalami cedera yang mana hal ini belum terjadi. Hal ini dirancang untuk menggugah perhatian penonton akan pentingnya keamanan dalam setiap perjalanan. Selain itu, iklan ini menekankan bahwa dengan Grab, pengguna dapat merasa aman karena layanan ini menjaga standar keamanan yang tinggi, melibatkan pemeriksaan driver, dan memastikan kendaraan dalam kondisi baik.
Dalam konteks dramatisme Burke ada yang namanya pentad dramatis yaitu model kunci yang digunakan oleh para kritikus untuk menganalisis penggunaan simbol oleh manusia dalam komunikasi (Littlejohn, 2009:321). Pentad dramatis tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Act (Tindakan): Memilih ojek tradisional.
2. Scene (Lokasi): Perjalanan yang berakhir dengan cedera.
3. Agent (Agen): Pengguna ojek tradisional.
4. Agency (Agensi): Ojek tradisional.
5. Purpose (Tujuan): Menciptakan kesadaran akan keamanan Grab.
Melalui narasi dramatis ini, iklan Grab Indonesia berhasil mengkomunikasikan pesan bahwa keamanan adalah prioritas utama mereka. Mereka ingin memastikan bahwa setiap pengguna merasa aman dan terlindungi selama perjalanan mereka dengan menggunakan layanan Grab.