Museum ini berada di Jl. Sultan Mahmudsyah No.10, Peuniti, Kec. Baiturrahman , Banda Aceh yang berdekatan dengan pendopo Gubernur Aceh.
Melalui Surat Keputusan Gubernur Aceh Nomor 10 Tahun 2002, status Museum Aceh menjadi UPTD Museum Provinsi Aceh dibawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.
Saat ini, museum ini memiki 5.328 koleksi benda budaya dari berbagai jenis dan 12.445 buku dari berbagai judul aneka macam ilmu pengetahuan.
4. Gedung Sentral Telepon
Situs sejarah ini berada di tengah Kota Banda Aceh tepatnya di Jalan Teuku Umar Kelurahan Suka Ramai, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh. Lokasinya tidak jauh dari Taman Sari, Taman Budaya Aceh, dekat juga dengan Museum Tsunami Aceh.
Gedung ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1903, sebagaimana tahun yang tertera di atas jendela bangunan tersebut. Saat itu, gedung ini dimanfaatkan sebagai pusat informasi militer untuk menginfomasikan terkait perang melawan rakyat Aceh.
Dahulu, jaringan telepon ini tembus ke berbagai daerah lain, seperti Uleelheu, Sabang, Sigli, Bireun, Takengon, Lhoksumawe, Lhoksukon, Idi, Peureulak, dan Aceh Tamiang. Selain itu, juga sampai ke wilayah provinsi Sumatera Utaran, seperti Medan, Tanjung Pura, Rantau Prapat, Berastagi, dan Asahan (Rahmadhana, 2020).
 Sejak 1991, bangunan ini ditetapkan sebagai cagar budaya nasional.
5. Menara Air (Kolonial Water Toren) Â
Menara ini terletak di jalan Balai Kota Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh. Didirikan pada masa kolonial Belanda pada tahun 1880.Â
Semasa penjajahan Belanda, menara ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan dan pendistribusian air bersih di Kota Banda Aceh.Â